CONTOH WUJUD BUDAYA MINANGKABAU DAN HAKIKATNYA DENGAN FALSAFAH MINANGKABAU



CONTOH WUJUD BUDAYA MINANGKABAU DAN HAKIKATNYA DENGAN FALSAFAH MINANGKABAU


1.   Acara Batagak Pangulu
Batagak pangulu adalah sebuah acara kebudayaan Minangkabau untuk mengangkat seseorang menjadi penghulu.

Kaitannya dengan falsafah alam Minangkabau:
a.       Harga Diri
(1)   Melawan dunia urang
Dalam melaksanakan upacara batagak pangulu tidak melibatkan kebudayaan asing. Upacara yang diadakan sampai saat ini masih tetap mempertahankan kebudayaan Minangkabau.
(2)   Menjangkau sarantang tangan, mamikua sakuaik bahu malampik saayun langkah, bakato sapanjang aka
Dalam upacara pelaksanaan batagak pangulu harus sesuai dengan keadaan dan kondisi keuangan kaumnya (suku) yang akan melaksanakan batagak pangulu.
b.      Pola Awak Samo Awak
(1)   Pola nagari
Upacara batagak pangulu diadakan oleh suku tertentu dalam sebuah nagari.
c.       Kesamaan dan Kebersamaan
(1)   Iduik bakampuang-kampuang
Walaupun upacara batagak penghulu diadakan oleh suku tertentu, tetapi suku lain yang berada di nagari (kampung) tersebut juga ikut berpartisipasi dalam upacara yang berlangsung.
(2)   Duduk surang basampik-sampik, duduk basamo balapang-lapang
Pada upacara batagak penghulu, jika didalamnya terdapat suatu msalah kita harus menyelesaikannya secara bersama-sama, karena jika masalah itu diselesaikan secara sendiri maka masalah itu tidak akan terselesaikan.

Sistem kebudayaan:
Pada proses batagak penghulu termasuk kedalam sistem kebudayaan sosial karena, upacara ini bertujuan untuk melayani rakyat dengan mengadakan pesta sara.

2.     Sifat Pangulu
Seorang pangulu harus memiliki sifat mulia, karena pangulu merupakan panutan dari kaumnya. Pangulu adalah orang yang dituakan dalam adat, dan orang yang memiliki pengetahuan tentang adat.

Kaitannya dengan falsafah Minangkabau:
a.       Pangulu untuk Manusia dan Individu
(1)   Nak mulia batabua urai, nan tuak tagak di nan manang, nan cadiak kuaik baguru
Seorang penghulu harus di pilih berdasarkan dengan pengetahuan, perilaku dan pengalamannya karena, seorang penghulu merupakan titik tumpu dari masyarakat atau seseorang yang bertugas mengayomi, melindungi dan mengatasi masalah di lingkungannya. Seorang penghulu harus memiliki perilaku mulia dan menjadi acuan untuk masyarakat di dalam mengatasi sebuah masalah.
(2)   Gadang dek diambek, tinggi dek dianjuang
Seorang penghulu di hormati bukan karena ia memamerkan diri untuk di pilih, tetapi dijadikan pemimpin karena dipilih oleh masyarakat.
b.      Harga Diri
(1)   Melawan dunia orang
Seorang penghulu harus memegang teguh aturan, tradisi dan kebudayaan.
(2)   Nak mulia batabua urai, nak mulia tagak di nan manang, nak pandai rajin baguru, nak kayo kuaik mancari
Seorang penghulu harus memiliki sifat-sifat mulia yang dapat membantu kaumnya.
(3)   Baa di urang, baa di awak
Seorang penghulu harus memiliki sifat-sifat yang dapat merubah dirinya sendiri dan kaumnya ke arah yang lebih baik.
(4)   Kurang sio-sio, labiah ancak-ancak
Seorang penghulu harus menghilangkan sifat negatif (buruknya) dan memiliki sifat yang baik yang harus dikembangkan dan diterapkan dalam kaumnya.
(5)   Menjangkau sarantang tangan, mamiku sakuaik bahu, melampik saayun langkah
Seorang penghulu harus mempertanggungjawabkan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
(6)   Bakato di bawah-bawah, mandi di ilia-ilia
Seorang penghulu harus memiliki sifat rendah hati dan tidak sombong.
c.       Malu yang Tidak Dapat Dibagi
(1)   Musuh indak dicari, basuo pantang diilakan
Seorang penghulu tidak mencari-cari musuh dengan seorang, tetapi seorang panghulu harus mempunyai harga diri tinggi apabila menemui musuh yaitu pantang bagi seorang penghulu untuk mengilakkannya.
d.      Pola Awak Samo Awak
(1)   Pola sakaum
Seorang penghulu harus menjadi pedoman bagi kaumnya, seorang penghulu menjadi acuan bagi kaumnya.

Sistem kebudayaan:
Sifat panghulu memiliki sifat sistem kebudayaan sosial karena, sifat penghulu itu merupakan panutan dan pedoman bagi kaumnya. Dimana penghulu harus dapat mengayomi kaumnya.

3.   Sambah Manyambah
Sambah manyambah adalah salah satu tata cara menurut adat istiadat Minangkabau, yang mengatur tata tertib dan sopan santun pembicaraan orang dalam sebuah pertemuan. Makna sikap ini yaitu bagaimana masing-masing pihak yang bertemu dalam suatu pertemuan bisa saling menghormati saling memperlihatkan adat sopan santun dan budi bahasa yang baik.

Kaitannya dengan falsafah Minangkabau:
a.       Raso Jo Pareso
(1)   Lamak dek awak, ka tuju dek urang
Kita harus melakukan sesuatu yang juga mendatangkan kesenangan atau kebahagiaan bagi orang lain, bukan hanya untuk diri sendiri.

Sistem kebudayaan:
Pada sambah manyambah merupakan sistem kebudayaan sosial karena sambah menyambah ini berkaitan dengan hormat-menghormati.

4.   Randai
Randai merupakan kesenian orang Minangkabau yang melibatkan dialog dan gerakan. Randai ini biasanya digunakan untuk hiburan dan pertunjukan tertentu.

Kaitannya dengan falsafah Minangkabau:
a.       Pola Penyesuaian yang Serasi
(1)   Talapuak dek hujan, ndak lakang dek paneh
Randai ini sudah dikenal sejak berdirinya kebudayaan Minangkabau dan sampai kini pun randai tetap masih ada bahkan disukai oleh semua kalangan.
b.      Pola Awak Samo Awak
(1)   Pola kelompok sosial dimulai dari rumah tangga
Randai bisa dilakukan oleh satu keluarga saja dan bisa dilakukan oleh satu kelompok atau satu kampung.

Sistem kebudayaan:
Randai memiliki sistem kebudayaan gerak karena, randai berhubungan dengan gerak dan fisik.

5.   Silek
Silek adalah permainan anak nagari yang terdapat di Minangkabau. Silek dapat digunakan sebagai hiburan dalam sebuah pertunjukan, tetapi dapat juga digunakan untuk menjaga diri.

Kaitannya dengan falsafah Minangkabau:
a.       Malu yang Indak Dapek di Bagi
(1)   Musuh pantang dicari, basuo pantang diilakkan
Silat Minangkabau tidak disalahgunakan untuk membangga-banggakan diri sebagai orang yang hebat dan terkuat untuk menindas orang yang lemah atau mencari-cari musuh, tetapi apabila seorang pesilat Minang tertantang maka pantang baginya untuk mengelakkan musuh.
b.      Pola Penyesuaian yang Serasi
(1)   Baguru ka alam
(2)   Tak lapuak dek hujan, tak lakang dek paneh
Silek Minangkabau telah ditradisikan secara turun temurun.
c.       Hidup bertahan dan Mempertahankan Hidup
(1)   Adaik badunsanak, mamaga dunsanak, adaik bakampuang, mamaga kampuang
Silek tidak hanya digunakan untuk membela diri sendiri, tetapi seorang pesilat haruslah menggunakan silek untuk menlindungi dunsanak, kampuang dan nagarinya.







Komentar