BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Secara umum semua
orang ingin merasakan keindahan dalam hidupnya. Namun, banyak orang yang tidak
tahu pengertian dan cara mendapatkan keindahan itu sendiri. Kebanyakan orang hanya ingin menikmati indah
saja. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas perihal manusia erat
kaitannya dengan keindahan, teori-teori keindahan, pengelompokan keindahan,
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan keindahan. Melalui makalah ini
diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang keindahan tersebut dan dapat memperoleh
keindahan, serta mampu menjalani hidup yang lebih baik.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah-masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a.
Apa itu keindahan?
b.
Apa yang dimaksud dengan nilai estetik?
b.
Apa hubungan manusia dengan keindahan?
c.
Apa saja pengelompokan keindahan?
d.
Apa makna renungan?
e.
Apa makna keserasian?
f.
Apa makna kehalusan?
C.
Tujuan Masalah
a. Untuk mendeskripsikan pengertian keindahan.
b. Untuk mendeskripsikan nilai estetik.
c. Untuk mendeskripsikan pengelompokan keindahan.
d. Untuk mendeskripsikan tentang makna renungan.
e. Untuk mendeskripsikan
tentang makna keserasian.
f. Untuk mendeskripsikan
tentang makna kehalusan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keindahan
(Widagho,
2004: 60) keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik,
elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala
hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, suara, warna, dan sebagainya.
Keindahan merupakan bagian hidup manusia, karena manusia selalu menikmati
keindahan dalam kehidupannya.
Menurut The
Liang Gie (dalam Prasetya, 2004: 75) keindahan itu adalah terjemahan dari
bahasa inggris beautiful, Perancis beau, Italia dan Spanyol bello, bahasa Latin bellum yang artinya adalah kebaikan. Aristoteles merumuskan
keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Sedangkan menurut
Thomas Aquinos, keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Keindahan
identik dengan kebenaran, karena keindahan adalah kebenaran, sebaliknya
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Sesuatu yang tidak memiliki
kebenaran adalah bukan keindahan. Keindahan juga bersifat universal, artinya
tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu, tempat, selera mode, kedaerahan
atau lokal.
(Widagho,
2004: 61) menyebutkan bahwa pengertian keindahan menurut luasnya dapat
dibedakan sebagai berikut.
1. Keindahan dalam arti luas, yaitu mengandung pengertian
ide kebaikan. Bangsa Yunani menyebutkan keindahan itu berdasarkan penglihatan
seperti pada seni pahat maupun arsitektur, dan berdasarkan harmonia, yaitu
pendengaran (musik).
2. Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu menyangkut
pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas, yaitu keindahan yang
hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan, yakni
berupa keindahan bentuk dan warna.
Menurut beberapa ahli, (dalam Widagho,2004: 67)
keindahan dapat diartikan sebagai berikut.
a.
Keindahan adalah
segala sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.
b.
Keindahan adalah
keseluruhan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan
satu sama lain.
c.
Keindahan adalah
segala sesuatu yang baik, yang dapat memupuk perasaan moral.
d.
Keindahan dapat
terlepas sama sekali dari kebaikan.
e.
Keindahan adalah nyata dan yang nyata adalah
baik.
f.
Keindahan adalah
sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang.
g.
Keindahan adalah
sesuatu yang dapat mendatangkan kesenangan dalam waktu singkat, dan
mendatangkan pengalaman yang menyenangkan.
B. Nilai
Estetik
Pengertian
keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai moral, nilai ekonomi, nilai
pendidikan, dan sebagainya. Namun, nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu
yang tercakup dalam pengertian keindahan adalah nilai estetik.
Istilah
nilai dalam bidang filsafat, dipakai sebagai suatu kata benda abstrak yang
berarti keberhargaan (wort) atau
kebaikan (goodness). Sedangkan dalam Dictionary Of Sociology and Related Science (Widagho,2004: 63)
menyebutkan bahwa nilai adalah kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda,
yang dapat memuaskan keinginan manusia dan yang menarik minat seseorang atau
kelompok. Nilai terdapat dalam jiwa manusia, bukan pada bendanya sendiri. Nilai
dapat digolongkan atas nilai ekstrinsik dan intrinsik.
Nilai
ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk
sesuatu hal, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai
ekstrinsik dipandang dari bendanya. Sedangkan nilai instrinsik adalah sifat
baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kebaikan
benda itu sendiri. Berbeda dari nilai ekstrinsik, nilai instrinsik dipandang
dari isinya.
C.
Hubungan Manusia dan Keindahan
Keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan hidup
manusia. Keindahan dapat membuat manusia merasakan ketentraman, kenyamanan dan
memuaskan hatinya. Manusia dan keindahan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, manusia
perlu melestarikan bentuk dari keindahan yang telah dituangkan
dalam berbagai kesenian (seni rupa, seni suara, maupun seni
pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari suatu kebudayaan. Kawasan keindahan
bagi manusia sangat luas.
Karena
itu keindahan dapat dikatakan merupakan bagian hidup manusia. Dimanapun kapan
pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Manusia memiliki sifat kontemplasi dan ekstansi. Kontemplasi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang
merupakan suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan
mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu
hasil penciptaan. Sedangkan ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Manusia menciptakan
berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut.
Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran
pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam
lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga
sebagai cara atau jalan mencari keserbasempurnaan kehidupan manusia.
D. Pengelompokan
Keindahan
Keindahan
pada dasarnya adalah alamiah. Alamiah artinya wajar, tidak berlebihan dan tidak
pula kurang. Jadi keindahan adalah sesuatu yang apa adanya, pas, dan tidak
sembarang dibuat. Berdasarkan
pengertian-pengertiannya, keindahan dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1)
Pengelompokan keindahan berdasar pada titik
pijak atau landasannya
Berdasarkan
landasannya, keindahan bertumpu pada objek dan subjek. Keindahan yang objektif
adalah keindahan yang memang ada pada objeknya, sementara pengamat harus
menerima sebagaimana mestinya. Sedangkan keindahan subjektif adalah keindahan
yang biasanya ditinjau dari segi subjek yang melihat dan menghayatinya.
2)
Pengelompokan keindahan berdasar pada
cakupannya
Berdasarkan
cakupannya, keindahan dibedakan atas keindahan kualitas abstrak dan keindahan
sebagai benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak,
misalnya dalam penggunaan bahasa Inggris yang menggunakan istilah beauty untuk keindahan yang pertama, dan
the beatiful untuk hal-hal atau benda
tertentu yang memang indah.
3)
Pengertian
keindahan berdasar luas-sempitnya
Berdasarkan
luas-sempitnya, keindahan dikelompokkan atas keindahan dalam arti luas, estetik
murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas mencakup baik
keindahan, seni, alam, moral, atau bahkan intelektual. Keindahan dalam estetik
murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala
sesuatu yang diserapnya. Sedangkan keindahan dalam arti sempit atau terbatas adalah keindahan yang menyangkut benda-benda
yang dapat diserap melalui penglihatan, atau hanya berupa keindahan bentuk dan
warna.
Berdasarkan pengelompokan pengertian keindahan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa keindahan adalah relatif. Jika keindahan
dalam arti terbatas, yaitu keindahan yang hanya mencakup dari penglihatan,
indah pada seseorang belum tentu indah pada seorang yang lain, karena indah
sangat tergantung pada subjeknya. Keindahan menyangkut persoalan filsafati,
sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam.
E. Makna
Renungan
Renungan
adalah hasil dari aktivitas merenung. Merenung adalah memikirkan sesuatu dengan
diam-diam, atau memikirkan sesuatu dengan lebih mendalam. Setiap kegiatan untuk
merenungkan atau mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah dimiliki dapat
disebut berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri pada penalaran. (Prasetya,
2004: 80) “penalaran adalah proses berpikir yang logik dan analitik.” Penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang juga menyadarkan diri kepada suatu analisis.
Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar.
Setiap
hasil seni lahir dari aktivitas merenung. Tanpa direnungkan hasil seni tidak
mencapai keindahan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan
didasarkan atas tiga macam teori yaitu sebagai berikut.
a. Teori Pengungkapan
Dalil dari
teori ini ialah bahwa “Art is an
expression of human feeling” (seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan
manusia). Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang
seniman ketika menciptakan suatu karya seni.
(Prasetya, 2004:81)
dalil teori pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Croce, bahwa seni adalah
pengungkapan kesan-kesan. Seorang tokoh lainnya dari teori pengungkapan ini
adalah Leo Tolstoi. Dia menegaskan bahwa kegiatan seni adalah memunculkan dalam
diri sendiri suatu perasaan yang seseorang telah mengalaminya, dan setelah
memunculkan itu, kemudian dengan perantaraan berbagai gerak, garis, warna,
suara, dan bentuk yang diungkapkan dalam kata-kata memindahkan perasaan itu
sehingga orang-orang mengalami perasaan yang sama.
b.
Teori Metafisika
Tokoh
dalam teori ini adalah Plato. Menurut Plato, seni yang dibuat manusia hanyalah
tiruan (imitasi) dari realita dunia.
c.
Teori Psikologis
Teori
ini mengungkapkan bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan,
yaitu keinginan bawah sadar seorang seniman. Adapun karya seninya itu merupakan
bentuk terselubung yang diwujudkan dari keinginan-keinginan seniman.
Suatu teori lain tentang sumber seni
ialah teori permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan
Herbert Spencer (1820-1903). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan
batin untuk bermain-main (play impulse)
yang ada dalam diri seseorang. Sebuah teori lagi yang dapat dimasukkan dalam
teori psikologis ialah teori penandaan (signification
Theory) yang memandang seni sebagi suatu lambang atau tanda dari perasaan
manusia.
F. Makna
Keserasian
Keserasian
identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi akan tampak indah. Keserasian
berasal dari kata serasi, dan dari
kata dasar rasi, artinya cocok, sesuai,
atau kena benar. Kata cocok, kena benar, dan sesuai itu mengandung unsur
pengertian perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang. Pengertian perpaduan
misalnya, dari cara orang berpakaian harus dipadukan warnanya bagian atas
dengan bagian bawah dan disesuaikan dengan kulitnya. Sedangkan dalam pengertian
pertentangan, sebuah seni dihasilkan atas pertentangan. Contohnya dalam dunia musik, yaitu pertentangan suara
tinggi-rendah, panjang-pendek, dan keras-lembut mengasilkan nada-nada lagu yang
nikmat didengar. Oleh sebab itu, sebagian ahli pikir menjelaskan bahwa
keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualitas atau pokok tertentu yang
terdapat pada sesuatu hal. Kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan
(unity) dan keselarasan (harmony). Pendapat lain mengatakan bahwa
keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan si pengamat.
Keserasian
tidak berhubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan dari
beberapa elemen seperti warna, bentuk, dan ukuran. Namun, kadang-kadang
kemewahan bisa menunjang keserasian dan akhirnya menghasilkan keindahan.
G. Makna Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatannya) lembut, sopan baik (budi
bahasanya) dan beradab. Halus bagi manusia itu sendiri ialah
berupa sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang lain. Lembut dalam pengucapan kata-kata
lembut dalam roman muka, dan lembut dalam sikap anggota badan lainnya.
Halus itu berarti sikap manusia dalam pergaulan, baik dalam
masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas. Sikap halus atau lembut
merupakan gambaran hati yang halus serta cinta kasih terhadap sesama. Sebab itu
orang yang bersikap menolong orang lain. Sikap lembut juga dimiliki oleh orang
yang rendah hati, karena orang yang bersikap rendah hati adalah orang-orang
yang halus tutur bahasanya serta sopan tingkah lakunya.
(Prasetya,2004: 88) menyebutkan
bahwa bagian bahasa yang dapat melahirkan sikap adalah perkataan. Perkataan
yang tersusun dari kalimat-kalimat merupakan ungkapan atau gambaran isi hati,
keinginan, pendapat, atau sikap kita terhadap orang lain. Perkataan tersebut
bisa melalui unsur lisan maupun unsur tulis. Perwujudan sikap kata-kata itu
mempunyai dua macam bentuk yaitu (1) pemilihan kata dan penyusunan kalimat, (2)
berbentuk irama dan nada (alunan suara).
Sedangkan bagian-bagian rohaniah yang melahirkan sikap ada lima yaitu
sebagai berikut.
1.
Kemauan
Kemauan merupakan salah satu unsur
yang terdapat dalam bagian rohanian manusia. Unsur kemauan itu penting, karena
kemauanlah yang menentukan pilihan, yakni berbuat baik atau tidak berbuat baik . Kemauan juga disebut karsa, karena
kemauan atau karsa itu yang menentukan pilihan untuk baik atau buruk. Kemauan baik ialah kemauan
yang sifatnya luhur, yang tidak merugikan orang lain. Sedangkan kemauan buruk ialah kemauan yang
merugikan orang lain. Selain itu kemauan terbagi dalam tiga bagian yaitu kemauan keras, kemauan lunak dan kemauan lemah.
2.
Perasaaan
Perasaaan juga datangnya dari jiwa manusia yang wujud luarnya tampak pada
tingkah laku,
perbuatan atau tindakan. Oleh karena itu, perasaan pun merupakan salah satu lapangan sikap. Perasaan yang dimaksud adalah perasaan yang
ada pada jiwa atau pada hati manusia. Perasaan menyeluruh pada hati manusia, hal itu
menyebabkan perasaan sangat peka
dalam menghadapi masalah kehidupan manusia. Oleh sebab itu jugalah perasaan perlu dikendalikan dengan baik.
3.
Pikiran
Pikiran adalah bagian rohani manusia yang
dapat menciptakan pengetahuan, gagasan, pendapat, ide, daya
upaya (akal),
pertimbanagan, renungan, kesadaran, kebujaksanaan, dan sebagainya. Antara pikiran dan
badaniah tidak dapat dipisahkan. Hal itu karena keduanya merupakan satu kesatuan.
Sesuatu yang terdapat dalam pikiran akan melahirkan sikap tertentu.
Orang yang mampu mengendalikan kemauan dengan pikirannya adalah
orang yang realistik. Sebaliknya, perasaaan dan kemauan berpengaruh atas
jalannya pikiran manusia. Misalnya perasaan yang halus akan mempengaruhi akal
yang sehat. Sedangkan keinginan ataupun kemauan yang tinggi akan mendorong manusia untuk
memeras otak atau
pikiran agar melahirkan ide (gagasan) yang baru.
Jadi, antara pikiran, perasaaan, dan kemauan yang lazim disebut “Cipta, Rasa, dan Karsa” manusia merupakan jalinan yang kuat sekali. Cipta, rasa, dan karsa yang membuat manusia selalu bergerak,
berubah, berkembang dan maju atau disebut juga dinamis.
4.
Kelembutan dalam pergaulan
Agar dalam pergaulan terjaga kehalusan dan kelembutannya, maka harus berdasarkan prinsip cinta kasih, kejujuran, keadilan dan
kesatuan sikap. Bagi orang
tua haruslah berpegang teguh pada satu komando dan kesatuan sikap. Apabila dalam suatu keluarga itu berprinsip dipegang teguh dan sebagai dasar pergaulan, maka akan lahir suatu kehalusan (kelembutan), kedamaian, kebahagiaan, dan
ketenangan.
5.
Pergaulan dalam masyarakat
Keluarga adalah masyarakat, sudah
tentu masyarakat terkecil. Namun, keluarga itu mempunyai peranan dalam masyarakat, karena
masyarakat itu terjadi dari keluarga-keluarga kecil. Keluarga
harus memiliki prinsip cinta kasih, keadilan, kejujuran, setia, tertib,
disiplin, dan rela berkorban. Apabila setiap keluarga menanamkan prinsip-prinsip tersebut, maka keluarga-keluarga yang
membentuk masyarakat itu akan hidup tentram, damai, bahagia, dan selalu ditemukan kelembutan.
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Keindahan adalah segala sesuatu yang mendatangkan rasa
menyenangkan bagi yang melihat, segala sesuatu yang baik, dan yang dapat
memupuk perasaan moral.
Nilai estetik adalah nilai yang berhubungan dengan
segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan.
Keindahan dapat membuat manusia merasakan ketentraman,
kenyamanan dan memuaskan hatinya. Manusia dan keindahan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, manusia
perlu melestarikan bentuk dari keindahan yang telah dituangkan
dalam berbagai kesenian (seni rupa, seni suara, maupun seni
pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari suatu kebudayaan.
Keindahan dapat dikelompokan atas keindahan objektif
dan subjektif, keindahan kualitas abstrak dan keindahan sebagai benda tertentu
yang memang indah, serta keindahan dalam arti luas, estetik murni, dan dalam
arti yang terbatas.
Setiap hasil seni lahir dari aktivitas merenung. Tanpa
direnungkan hasil seni tidak mencapai keindahan. Renungan atau pemikiran yang
berhubungan dengan keindahanam didasarkan atas tiga macam teori yaitu teori
pengungkapan, metafisika, dan psikologis.
Keserasian
identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi akan tampak indah. Keserasian
berasal dari kata serasi, dan dari
kata dasar rasi, artinya cocok,
sesuai, atau kena benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur
pengertian perpaduan, pertentangan, ukuran dan seimbang.
b. Saran
Keindahan
pada hakikatnya merupakan dambaan hidup manusia. Keindahan dapat membuat
manusia merasakan ketentraman, kenyamanan dan memuaskan hatinya. Manusia
dan keindahan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, manusia
perlu melestarikan bentuk dari keindahan yang ada dalam kehidupannya. Jika kita tidak bisa menciptakan suatu
keindahan, paling tidak kita mampu memelihara keindahan itu.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, J.T. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: RINEKA
CIPTA.
Widagho, Djoko. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Komentar
Posting Komentar