Hubungan Manusia dengan Harapan








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Selain sebagai mahluk individu, manusia juga merupakan mahluk sosial. Namun, antara sebagai mahluk individu maupun sosial, setiap manusia pastilah memiliki harapan dalam hidupnya. Tercapainya sebuah harapan adalah tergantung pada usaha si pengharap. Semakin besar usaha untuk mewujudkan harapan, maka semakin besar pula kemungkinan harapan itu akan terwujud.
Kebanyakan orang mahir dalam berharap, tetapi tidak tahu untuk mewujudkan harapan tersebut. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan dijelaskan hal-hal mengenai manusia dan harapan, yakni pengertian harapan, faktor-faktor tumbuhnya sebuah harapan, strategi mewujudkan harapan, dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Apa itu harapan?
2.      Apa hubungan manusia dengan harapan?
3.      Apa faktor-faktor tumbuhnya sebuah harapan?
4.      Apa strategi untuk mewujudkan harapan?

C.     Tujuan Masalah
Tujuan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Untuk mendeskripsikan pengertian harapan.
2.         Untuk mendeskripsikan hubungan manusia dengan harapan.
3.         Untuk mendeskripsikan faktor-faktor tumbuhnya sebuah harapan.
4.         Untuk mendeskripsikan strategi untuk mewujudkan harapan.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Harapan
        Harapan  berasal dari kata harap yang berarti keinginan agar sesuatu terjadi. Menurut Thahar (1999: 82) harapan adalah sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan, sifatnya terpatri dan sukar dilukiskan. Harapan seseorang biasanya sesuai dengan pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuannya. Seseorang yang tidak mempunyai harapan dapat disebut telah mati dalam hidupnya. Hal itu disebabkan karena harapan adalah keinginan sebagai tujuan hidup manusia. Apabila seseorang tidak mempunyai harapan atau keinginan dalam hidupnya, maka ia tentu akan malas dan menerima apa saja dalam hidupnya, tanpa berusaha meraih sesuatu.

B.  Hubungan Manusia dan Harapan 
      Manusia identik dengan harapan. Setiap manusia pasti memiliki harapan dalam hidupnya. Harapan bersifat manusiawi. Harapan selalu mendampingi di manapun manusia berada. Manusia berusaha dalam mendapatkan harapannya. Manusia bukan saja memilki harapan yang bersifat duniawi, melainkan juga harapan akhirat. Manusia hendaknyat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap.

C. Faktor-faktor Tumbuhnya Sebuah Harapan      
Ada beberapa faktor yang menentukan tercapainya sebuah harapan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
    1.      Faktor Lingkungan Sosial 
 Lingkungan sosial Indonesia saat ini dapat disebut sebagai lingkungan modern, karena dalam hidupnya telah mengikuti pola hidup seperti di negara-negara maju yang modern. Namun, meskipun telah menjalani kehidupan modern, dalam hal-hal tertentu masyarakat indonesia masih mengandalkan pola hidup tradisional. Menurut Suriasumatri (dalam Thahar, 1999: 83) lingkungan sosial tradisional masih mengandalkan kekerabatan, orang-orang yang dianggap memiliki status masih terikat dengan turunan, dan mengandalkan pengalaman untuk ukuran kepakaran. Dalam hal mencapai harapannya, banyak orang menempuh cara-cara tradisional yang identik dengan kecurangan. Sebagian orang masih saja memanfaatkan hubungan kekerabatan untuk mendapatkan jabatan. Contohnya saja dalam sebuah sekolah, orang-orang yang menjadi pekerja dalam sekolah tersebut, mulai dari tenaga pengajar sampai pegawai hanya saudara dari kepala sekolah tersebut. Hal-hal seperti itu disebut nepotisme. Pada lingkungan-lingkungan pemerintahan biasanya kerap terjadi hal-hal yang demikian.
            Harapan-harapan masyarakat homogen sangat terbatas dan tergantung kepada lingkungannya sendiri. Seorang perempuan pedagang sayur di sebuah desa homogen, harapannya yang tertinggi adalah dapat memberi makan seluruh anaknya. Ia tidak berharap untuk membeli rumah besar dan jalan-jalan ke luar negeri. Harapannya tidak mungkin melebihi harapan sebagian besar anggota masyarakatnya.

               2.   Faktor Ekonomi 
      Faktor ekonomi juga mempengaruhi setinggi apa harapan seseorang. Dalam masyarakat tradisional, nilai-nilai ekonomi hanyalah untuk dapat melangsungkan hidupnya. Nilai ekonomi dari suatu pekerjaan adalah untuk subsistensi, artinya bukan profesi yang menjadi tumpuan hidup. Sementara nilai kerja bagi masyarakat modern merupakan profesi dengan kerja keras menjadi tumpuan hidup yang mempunyai nilai tambah. Seseorang yang cukup ekonominya bisa memiliki harapan menempuh pendidikan dan tinggal di negara eropa atau luar negeri. Namun, seseorang yang hanya bisa makan sehari-hari atau yang ekonominya pas-pasan, bersekolah saja sudah sangat bersyukur, sehingga ia tidak memiliki harapan untuk menempuh pendidikan di luar negeri.

        
3.   Faktor Pendidikan 
Faktor pendidikan merupakan kunci dari segala kemajuan dan peradaban manusia. Untuk membangun bangsa yang mandiri haruslah melalui pendidikan yang tidak setengah-setengah. Pendidikan adalah konsekuensi logis dari hasrat untuk maju melalui upaya pembangunan. Kemajuan mustahil dapat terwujud dalam kondisi keterbelakangan pendidikan. Melalui pendidikan, harapan-harapan mausia Indonesia masa depan tentu dapat terwujud. 
Apabila seseorang berlatarbelakang pendidikan sarjana, ia bisa saja berharap mendapatkan kerja yang lebih baik dan menjadi pegawai negeri. Namun hal itu tidaklah berlaku bagi seseorang berlatarbelakang pendidikan SMP saja, harapannya hanya sebatas mimiliki pekerjaan yang dapat mencukupkan kebutuhannya. Ia tidak berpikir untuk menjadi pegawai negeri, karena ia sadar pendidikannya tidak akan terlampau dengan harapannya.

4.   Faktor Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki dua kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal itu disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemapuan berpikirnya. Tidak ada seorang pun memilki kemampuan dalam segala hal. Dengan adanya dorongan kebutuhan hidup maka manusia memilki harapan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia dikategorikan dalam lima macam, yaitu sebagai berikut.

a.       Kelangsungan  Hidup 
  Manusia melangsungkan  hidupnya  membutuhkan  sandang, pangan  dan papan (tempat  tinggal). Kebutuhan  kelangsungan  hidup  ini dibutuhkan oleh semua manusia, baik anak-anak, remaja, dan dewasa. Setiap orang sejak lahir ke bumi menangis mengharapkan diberi makan dan minum.  Kebutuhan  untuk melangsungkan hidup terus berkembang  sesuai  dengan  perkembangan hidup manusia. Sandang, semula  hanya berupa perlindungan/keamanan untuk  melindungi dirinya dari cuaca.  Tetapi  dalam  perkembangan   hidup manusia, sandang  tidak  lagi hanya sebagai perlindungan kemanan, tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain (kebutuhan tersier).
Kebutuhan papan adalah  tempat  tinggal  atau  rumah. Rumah adalah kebutuhan   primer manusia, karena rumah itu sebagai tempat berlindung dari panas, hujan, dan  sebagainya. Perihal mencukupi  kebutuhan pangan, sandang, dan papan, maka  manusia  sejak kecil telah mulai belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh  pangan, sandang, dan papan yang layak akan terpenuhi.

b.   Keamanan       Keamanan adalah sesuatu yang ingin dirasakan setiap orang. Meskipun seseorang dapat melangsungkan kebutuhan hidupnya, jika ia tidak merasa aman, maka ia tidak akan bisa merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Rasa aman tidak harus diwujudkan dengan perlindungan yang konkret. Dalam  hal ini agama  sering merupakan cara memperoleh kemanan moril  bagi  pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya  dalam bahaya, keyakinan bahwa Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang diharapkan.

c.   Hak  dan  Kewajiban Mencintai dan Dicintai
      Mencintai dan dicintai adalah hak semua orang. Setiap individu mempunyai wewenang untuk mencintai, tetapi tidak mempunyai hak untuk memilki segala yang dicintainya.
      Biasanya bila seorang telah menginjak umur dewasa, maka ia merasa sudah sudah saatnya terjun pada sesuatu yang disebut cinta. Pada saat seperti itu, remaja banyak berpikir bahwa ia telah sadar akan keberadaannya. Umumnya remaja mulai menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai dengan alamnya, termasuk masalah cinta. Karena persoalan cinta, hubungan antara anak dan orang tua sering menjadi tidak baik. Tidak hanya sebatas itu, karena persoalan cinta juga bahkan dapat merengut nyawa. Contohnya saja seorang pria di Jawa Barat nekat membunuh mantan kekasihnya karena perasaan cemburu. Hal-hal seperti itu semakin sering terjadi dalam kehidupan masyarakat sekarang.    

d.   Perwujudan  Cita-cita
Manusia berharap dapat diakui keberadaannya dalam kehidupan bermasyarakat. Keberadaan seseorang biasanya sesuai dengan keahlian dan profesinya. Semakin tinggi profesi seseorang, maka akan semakin tinggi ia dianggap di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Setiap manusia dilahirkan dengan potensi atau bakat. Cita-cita dapat terwujud sesuai usaha individu itu sendiri. Jika ingin disegani dalam masyarakat, maka wujudkanlah cita-cita setinggi mungkin. Pada hakikatnya, manusia dalam hidupnya adalah berusaha memenuhi pokok harapan tersebut. Dengan memiliki harapan maka seorang manusia dapat dikatakan hidup, karena memilki keinginan untuk mencapainya.

D.   Strategi Mewujudkan Harapan
      Setiap individu pasti menginginkan harapannya selau tercapai. Namun, kita haruslah menyadari bahwa tidak selalu harapan itu dapat terwujud.
            Sekalipun usaha seseorang telah maksimal, Tuhan juga berpegang dalam terwujudnya harapan seseorang. Untuk mewujudkan sebuah harapan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut.
a.    Mengenali terlebih dahulu harapan kita.
b.   Kepercayaan terhadap diri sendiri.
c.    Menumbuhkan motivasi.
d.   Berusaha semaksimal mungkin.
e.    Pantang putus asa.
f.    Menyertai usaha dengan doa.





BAB III
PENUTUP

  A.    Simpulan 
        Harapan  berasal dari kata harap yang berarti keinginan agar sesuatu terjadi. Manusia identik dengan harapan. Setiap manusia pasti memiliki harapan dalam hidupnya. Harapan bersifat manusiawi. Harapan selalu mendampingi di manapun manusia berada. Manusia berusa dalam mendapatkan harapannya. Manusia bukan saja memilki harapan bersifat duniawi melainkan juga harapan akhirat. Manusia hendaknya menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap. Ada beberapa faktor yang menentukan tercapainya sebuah harapan yaitu, faktor lingkungan sosial, faktor ekonomi, faktor pendidikan, dan faktor dorongan kebutuhan hidup. Setiap individu pasti menginginkan harapannya selau tercapai. Namun, kita haruslah menyadari bahwa tidak selalu harapan itu dapat terwujud. Sekalipun usaha seseorang telah maksimal, Tuhan juga berpegang dalam terwujudnya harapan seseorang. 
B.     Kritik dan Saran 
Harapan adalah sesuatu yang terkandung dalam hati setiap orang yang datangnya merupakan karunia Tuhan. Untuk mendapatkan harapan memerlukan usaha yang maksimal.
Demikian makalah ini ditulis guna memenuhi tugas perkuliahan Ilmu Budaya Dasar. Akibat keterbatasan pengetahuan penulis, makalah ini mungkin masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan penulisan makalah di lain kesempatan. Terima Kasih.


 DAFTAR PUSTAKA

Thahar, Harris Effendi. 1999. Ilmu Budaya Dasar. Padang: UNP Press.

Prasetya, Joko Tri. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Komentar