MAKALAH MANAJEMEN EVALUASI GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP SISWA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar mengajar adalah suatu proses ataupun kegiatan dimana seorang guru mendidik, melatih dan membina siswa menjadi individu yang berilmu pengetahuan dan berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Berbagai cara dan metode dilakukan guna mencapai hasil belajar yang optimal. Setiap orang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menguasai pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan suatu meteri dapat diukur dengan cara memberi ujian kepada siswa atau lazim disebut mengevaluasi siswa. Keberhasilan guru juga mencerminkan kemampuan siswa dalam memahami materi. Penilaian tersebut termasuk dalam ruang lingkup evaluasi yang dilakukan pada akhir kegiatan belajar-mengajar.
Evaluasi sangat penting dilakukan guna memperbaiki hal-hal yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk mengetahui manajemen evaluasi yang baik dan benar-benar dapat mengukur siswa, maka perlu dilakukan perbandingan dari evaluasi yang dilakukan di sekolah-sekolah. Perihal mengetahui perbandingan tersebut, maka penulis melakukan observasi ke sekolah dengan cara mewawancarai evaluator atau guru yang membuat evaluasi pada suatu bidang studi, dalam hal ini bidang studi bahasa Indonesia. untuk lebihmemahami evaluasi, maka pada makalah ini dijelaskan mengenai manajemen evaluasi, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, pelaporan, dan pemanfaatan evaluasi.

B.     Rumusan Masalah
  Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?
2.      Apa yang perlu diperhatikan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran?
3.      Bagaimana melaksanakan evaluasi pembelajaran?
4.      Bagaimana mengolah data dan menganalisis hasil evaluasi pembelajaran?
5.      Apa-apa saja yang harus diperhatikan dalam melaporkan hasil evaluasi pembelajaran?

 C.      Tujuan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Untuk mendeskripsikan maksud evaluasi pembelajaran.
2.         Untuk mendeskripsikan hal-hal perlu diperhatikan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran.
3.         Untuk mendeskripsikan cara pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
4.         Untuk mendeskripsikan cara mengolah data dan menganalisis hasil evaluasi pembelajaran.
5.         Untuk mendeskripsikan cara melaporkan hasil evaluasi pembelajaran.


 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Menurut Arikunto (2009: 3), evaluasi adalah kegiatan menilai yang dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu. Evaluasi juga diartikan sebagai sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Tujuan atau fungsi penilaian adalah untuk menentukan posisi atau ranking siswa, untuk mendapatkan solusi yang dapat memperbaiki kelemahan siswa, untuk dapat menempatkan siswa terhadap kelompok yang tepat, dan untuk mengetahui sejauh mana program pembelajaran berhasil diterapkan.

B.     Perencanaan Evaluasi
Seorang evaluator harus dapat membuat perencanaan evaluasi dengan baik. Perencanaan evaluasi adalah langkah pertama sekaligus langkah terpenting dalam melakukan evaluasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan evaluasi menurut Arifin (2012: 91) adalah menganalisis kebutuhan penilaian, yang meliputi hal berikut.
1.         Menentukan tujuan penilaian.
2.         Mengidentifikasikan kompetensi dan hasil belajar.
3.         Menyusun kisi-kisi.
4.         Mengembangkan draft instrument.
5.         Uji coba dan analisis soal.
6.         Revisi dan merakit soal baru.

C.    Pelaksanaan Evaluasi
Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan penilaian guru dapat menggunakan tes, baik tes terulis maupun tes lisan. Guru harus menciptakan suasana yang kondusif yang dapat memberi rasa nyaman kepada siswa saat mengadakan tes.
Apabila guru mengadakan tes lisan, maka guru tidak boleh membentak-bentak siswa, atau memberi kesan menyeramkan kepada siswa, supaya siswa tidak takut dan percaya diri menghadapi tes tersebut. Sebelum tes dimulai guru harus menyiapkan pokok-pokok materi yang akan ditanyakan, sehingga tidak terkecoh dengan jawaban siswa yang simpang siur.
Apabila guru mengadakan tes tertulis, maka guru harus memperhatikan ruangan dan tempat tes itu dilaksanakan. Ruangan dan tempat duduk harus diatur sedemikian rupa shinga gangguan suara dari luar dapat dihindari dan suasana tes dapat berjalan dengan tertib. Pembagian soal hendaknya dilakukan secara terbalik, sehingga tidak ada peserta didik yang terlebih dahulu membaca.

D.    Pegolahan Data Hasil Evaluasi
Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Dalam penilaian hasil belajar, tentu data yang diperoleh adalah tentang prestasi belajar. Dengan demikian, pengolahan data tersebut akan memberikan nilai kepada peserta didik berdasarkan kualitas hasil pekerjaannya. Ada empat langkah pokok dalam mengolah data yaitu sebagai berikut.
1.      Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci skoring, dan pedoman konversi.
2.      Mengubah skor mentah menjadi skor standar sesuai dengan norma tertentu.
3.      Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka.
4.      Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.
Jika data sudah diolah dengan aturan-aturan tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data itu sehingga memberikan makna. Ada beberapa jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.
a)      Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok.
b)      Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya dilakukan secara perseorangan. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya.

E.        Pelaporan Hasil Evaluasi
Semua hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, seperti orang tua/wali, kepala sekolah, pengawas, pemerintah, mitra sekolah, dan peserta didik itu sendiri sebagai bentuk akuntabilitas publik. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran, termasuk proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik serta perkembangannya dapat diketahui berbagai pihak. Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi anatara sekolah, peserta didik, dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis di antara mereka. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
1.      Konsisten dengan pelaksanaan penilaian sekolah.
2.      Memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi pengembangan peserta didik.
3.      Menjamin orang tua akan informasi permasalahan peserta didik dalam belajar.
4.      Mengandung berbagai cara dan strategi komunikasi.
5.      Memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif, dan akurat. 

F.  Laporan Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Kelas VII SMP Maria Padang
SMP Maria merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama swasta yang berada di kota Padang, tepatnya di jalan gereja nomor 39. Sekolah ini merupakan bagian dari yayasan Prayoga Padang.
Kunjungan ke SMP Maria dilakukan pada Kamis 23 April 2015. Kunjungan tersebut dilakukan untuk wawancara guru bahasa Indonesia guna menggali informasi mengenai manajemen evaluasi di sekolah tersebut. Yang menjadi narasumber dalam wawancara tersebut adalah Bu Rosalina sebagai guru bahasa Indonesia kelas VII di SMP Maria. Bu Rosalina tersebut biasa disapa dengan panggilan Bu Rosa. Beliau sudah mengajar di SMP Maria selama 4 tahun. Beliau masih merupakan guru honor di sekolah tersebut.
Setiap semester, beliau mengadakan minimal enam tes. Dua tes wajib yang diadakan serentak di sekolah yakni UTS dan UAS, dan empat tes lain adalah tes yang ia berikan secara mendadak kepada siswa.
Setiap sebuah materi telah selesai diberikan, setiap bulan beliau mengadakan tes tertulis atau tes lisan. Apabila materi yang sedang dibahas adalah teori seperti menemukan gagasan pokok, mengidentifikasikan kalimat penjelas, dan sebagainya, maka Bu Rosa akan mengadakan tes tertulis. Namun, apabila materi yang sedang dibahas adalah membuat pantun, puisi, teks naratif, dan materi lain yang mengaharuskan mampu membuat sesuatu, maka beliau mengadakan tes lisan. Jadi jenis tes yang diberikan Bu Rosa kepada siswa adalah sesuai dengan materi yang sedang dibahas pada saat itu.
Setiap tes yang diadakan oleh Bu Rosa selalu dirancang agar memenuhi tujuan diadakannya tes, seperti untuk memperbaiki kinerja pembelajaran, untuk menentukan sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi, dan untuk menentukan posisi siswa. Oleh sebab itulah beliau mengadakan tes setiap sebuah materi telah selesai dibahas. Menurut beliau, apabila sebuah tes dilakukan hanya setelah beberapa materi dengan judul yang berbeda selesai dibahas, maka pikiran siswa akan dikacaukan dan tidak jelas terlihat apakah siswa benar-benar sudah menguasai atau tidak materi tersebut.
Beliau mengatakan bahwa umumnya setiap tes yang ia berikan kepada siswa di setiap bulan adalah tes essay, karena melalui tes essayi siswa dituntut menjawab sesuai pengetahuannya. Siswa tidak bisa asal menebak jawaban yang kebetulan benar seperti yang kerap terjadi pada tes objektif, kemudian terjadi kesalahan penafsiran. Siswa yang pada dasarnya belum menguasai materi, tetapi ketika dites dengan soal objektif mereka benar, maka guru menganggap siswa tersebut telah lulus. Tetapi pada saat UTS dan UAS, siswa diberikan soal objektif sesuai dengan kesepakatan dari pihak sekolah.
Bu Rosa 75% mengambil dasar penentuan nilai akhir dari tes setiap bulan yang ia adakan dan 25% dari UTS dan UAS. Menurutnya, dari tes berupa essay dapat diambil nilai yang akurat, yakni sesuai pengetahuan siswanya. 75% tersebut dapat berupa nilai dari tes tertulis dan dapat pula dari tes lisan.
Sejauh ini, ia melihat siswa-siswanya termotivasi belajar setiap harinya. Terlebih ketika di akhir materi, siswa akan fokus memperhatikan dan mengikuti pembelajaran. Mereka juga akan semakin rajin membaca buku di akhir materi, karena mereka mengetahui bahwa akan diadakan tes. Setiap akhir pembahasan sebuah materi, beliau mengaku selalu mengadakan tes. Jadi tanpa diberitahu terlebih dahulu, siswa akan menyadari sendiri waktu-waktu diadakannya tes, sehingga mereka dapat terbiasa menyiapkan diri untuk dites tanpa diperintah oleh guru.
Selain menentukan posisi siswa di dalam kelas, tujuan diadakannya tes di setiap akhir pembahasan materi adalah menjadikan siswa fokus dan mudah memahami. Dalam proses belajar, siswa juga dites secara lisan dengan cepat, yakni dengan menunjuk satu-satu siswa dan ditanyai tentang materi yang sedang dibahas. Dengan cara itu, siswa akan selalu mempersiapkan dirinya, sehingga selalu bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Setelah melakukan wawancara di SMP Maria, hasil yang diperoleh adalah di sekolah tersebut guru bidang studi bahasa Indonesia kelas VII mengadakan evaluasi minimal enam kali dalam satu semester. Tes tersebut adalah tes-tes yang dilakukan setiap sebuah materi telah dibahas, dan tes yang diadakan pihak sekolah secara resmi yakni UTS dan UAS.
Guru bidang studi bahasa Indonesia kelas VII di sekolah tersebut  selalu menggunakan soal essay untuk mengevaluasi siswa. Menurut beliau, soal essay adalah soal yang benar-benar mengukur pengetahuan siswa, dan dapat memberikan hasil yang akurat. Selain tes tertulis, Bu Rosa juga mengadakan tes lisan kilas dalam proses pembelajaran dan tes lisan berupa unjuk kerja di akhir pembahasan suatu materi. Untuk mengukur pengetahuan siswa, maka pada saat UTS atau UAS, beliau juga memberikan kembali soal-soal yang telah diujikan di akhir pembahasan materi dalam soal objektif, sehingga siswa dapat semakin memahami sebuah materi.
Untuk menentukan nilai akhir siswa, beliau dominan menggunakan hasil tes yang diadakan tiap akhir pembelajaran. Beliau berpendapat, bahwa sistem evaluasi yang ia lakukan saat ini sudah baik dan menunjukkan hasil berupa nilai akhir yang valid dan siswa juga dapat lebih mudah memahami suatu materi.

B.     Saran
Berdasarkan hasil wawancara guru bahasa Indonesia di SMP Maria, penulis berpendapat bahwa cara pengevaluasian yang dilakukan Bu Rosa tersebut bagus untuk diterapkan oleh guru-guru yang lain. Selain penentuan nilai akhir yang lebih akurat, melakukan tes setiap akhir pembahasan suatu materi dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar dan selalu siap dalam menempuh ujian-ujian.
Akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, di dalam makalah ini mungkin masih terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca untuk penulisan makalah yang lebih baik di lain kesempatan. Terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.


Komentar