MAKALAH SOLUSI UNTUK MENGATASI KETIDAKMAMPUAN GURU BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Membentuk anak yang terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan tugas guru bahasa Indonesia. Guru adalah tokoh yang bertanggung jawab membentuk siswa. Guru adalah tokoh yang dicontoh siswa. Oleh sebab itu, apabila ingin mengajarkan siswa berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka terlebih dahulu guru harus terampil berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Guru tidak dibenarkan hanya semata-mata menguasai materi bahasa Indonesia lalu mengajarkannya kepada siswa. Karena bahasa adalah alat komunikasi, maka tujuan akhir pembelajaran adalah siswa mampu berbahasa atau berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, bukan sekedar menguasai materi.
Kenyataan yang terjadi dalam sekolah-sekolah, guru mengajarkan siswa berbahasa Indonesia, tetapi guru tesebut justru tidak mampu berbahasa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam makalah ini akan dijelaskan solusi yang dapat mengatasi permasalahan ketidakmampuan guru berbahasa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang masalah, maka masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Apa yang dimaksud dengan bahasa secara umum dan bahasa Indonesia?
2.         Apa ciri-ciri berbahasa Indonesia yang baik dan benar?
3.         Mengapa guru bahasa Indonesia harus terampil berbahasa Indonesia?
4.         Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa Indonesia?
5.         Apa solusi untuk mengatasi ketidakmampuan guru dalam berbahasa Indonesia?

C.    Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya, maka tujuan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.         Untuk mendeskripsikan hakikat bahasa secara umum dan bahasa Indonesia.
2.         Untuk mendeskripsikan ciri-ciri berbahasa Indonesia yang baik dan benar?
3.         Untuk mendeskripsikan i alasan-alasan kenapa guru bahasa Indonesia harus terampil berbahasa Indonesia.
4.         Untuk mendeskripsikan contoh-contoh kesalahan berbahasa Indonesia?
5.         Untuk mendeskripsikan solusi ketidakmampuan guru dalam berbahasa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Bahasa dan Bahasa Indonesia
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Tanpa bahasa, komunikasi antara seseorang dengan seseorang yang lain tidak akan bisa terjalin dengan baik. Menurut Atmazaki (2009: 2) bahasa merupakan alat, bukan tujuan; bahasa hanya pembawa makna, bukan makna itu sendiri.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Menurut Chaer (2011: 2), bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi di tengah-tengah berbagai macam bahasa daerah. Senada dengan pendapat tersebut, menurut Oka (2010: 50) selain kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, serta sebagai alat perhubungan formal pemerintahan dan kegiatan atau peristiwa formal lainnya. Bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai bahasa ilmu, karena berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pembangunan nasional.
Berdasarkan hal yang telah disebutkan, maka bahasa Indonesia adalah bahasa yang penting. Menurut Nurjamal (2011: 248), suatu bahasa dapat disebut penting apabila memiliki jumlah populasi pemakai yang banyak, wilayah penyebaran luas, berperan penting dalam pengembangan sastra-budaya, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kriteria-kriteria tersebut dimiliki oleh bahasa Indonesia. oleh sebab itulah, bahasa Indonesia sangat penting.

B.  Ciri-ciri Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Akibat kecenderungan menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari dan hanya menggunakan bahasa Indonesia pada saat tertentu saja, maka sebagian masyarakat Indonesia kurang menguasai bahasa Indonesia, termasuk guru. Sebagian masyarakat tidak mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menurut Sahaja (2014) berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan bicara, dan sesuai dengan topik pembicaraan. Secara sederhana, bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang mudah dipahami sehingga tercapai gagasan pembicara maupun pendengar. Dalam bahasa yang baik tidak selalu dibutuhkan aturan baku. Sebaliknya, berbahasa Indonesia yang benar adalah berbahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yakni kaidah yang dibakukan atas kriteria tertentu. Maka berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah berbahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan kaidah yang dibakukan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar diartikan sebagai bahsa baku. Menurut Chaer (2011: 4), yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang dijadikan dasar ukuran, atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku biasanya digunakan dalam komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan umum, dan sebagainya.
Demi tercapainya seseorang yang mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka menurut Zulfikar (2013), pembicara harus memperhatika ciri-ciri bahasa Indonesia yang baik dan benar yakni sebagai berikut.
1.      Menggunakan kata-kata baku dalam penyampaian gagasan pikiran.
2.      Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat yang baku.
3.      Penggunaan kata-kata baku.
4.      Penggunaan lafal baku, yakni lafal yang berterima dalam bahasa Indonesia atau lafal yang tidak mengikuti dialek bahasa daerah tertentu.
5.      Penggunaan kalimat secara efektif.

C.    Alasan Guru Bahasa Indonesia Harus Terampil Berbahasa Indonesia
Keberagaman suku di Indonesia menimbulkan keberagaman bahasa pula pada daerah-daerah yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa resmi, bahasa persatuan dan kesatuan negara Indonesia. Untuk meratakan keterampilan berbahasa Indonesia, pemerintah menetapkan mata pelajaran bahasa Indonesia pada setiap jenjang pendidikan. Kebijakan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk meratakan kemampuan berbahasa Indonesia pada seluruh masyarakat Indonesia. Sejak dini, masyarakat telah mengenal dan belajar bahasa Indonesia setelah bahasa ibu mereka. Pada jenjang pendidikan SD, siswa diajarkan sebatas anak mampu berbahasa Indonesia. Namun, memasuki jenjang pendidikan SMP dan SMA, siswa diajarkan dan dilatih bukan sekedar mampu berbahasa Indonesia saja, melainkan mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru bahasa Indonesia adalah tumpuan bahkan  satu-satunya alat yang paling utama mengajarkan anak-anak berbahasa Indonesia. Dalam proses belajar mengajar, guru bahasa Indonesia seharusnya memberikan materi dan komunikasi apapun kepada siswa dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Semakin sering anak mendengar dan melihat gurunya berbahasa Indonesia yang baik, maka anak cenderung meniru. Oleh sebab itu, sangat penting guru bahasa Indonesia bahkan setiap guru bidang studi apapun terampil berbahasa Indonesi.

D.       Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa Indonesia
Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia sering terjadi dalam lingkungan formal tetapi tidak disadari oleh masyarakat, sehingga masih sering kesalahan-kesalahan tersebut terjadi kembali bahkan berulang-ulang. Terlebih guru bahasa Indonesia justru salah dalam berbahasa. Contoh kesalahan-kesalahan guru berbahasa Indonesia di kelas maupun di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai berikut.
1.   Orang itu bertugas mensebarluaskan dagangannya. Ejaan yang benar adalah menyebarluaskan.
2.   Para hadirin diharap berdiri. Kalimat yang benar adalah Hadirin diharap berdiri.
3.   Saya pergi sama ibu. Kalimat yang benar adalah Saya pergi dengan ibu.
4.   Dina, tolong kasih tahu sama ketua kelas supaya tugas dikumpul! Kalimat yang benar adalah Dina, tolong beri tahu pada ketua kelas supaya tugas dikumpul!  
5.   Ketika guru bahasa Indonesia memberikan pidato sambutan pada suatu acara kompetisi membaca puisi, maka guru tersebut mengucap syukur kepada Tuhan, dengan berkata “ Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan”. Kata panjatkan dalam kalimat tersebut sering disebutkan orang-orang karena mereka tidak menyadari kesalahannya. Pada dasarnya kata panjatkan memiliki arti menaiki pohon, maka tidak tepat apabila digunakan dalam kalimat tersebut. Kalimat yang lebih tepat adalah “ Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan”. Diksi atau pemilihan kata harus diperhatikan oleh pembicara.
6.   Guru juga umumnya dipercaya sebagai moderator maupun Pewara, dan sering pula ditemukan guru mengucapkan kalimat “Selanjutnya kata sambutan dari ketua panitia pelaksanaan seminar, kepada bapak Maestro waktu dan tempat dipersilahkan.”
7.   Pada kalimat tersebut, yang dipersilahkan memberi pidato sambutan adalah waktu dan tempat. Perbaikan kalimat tersebut adalah “Selanjutnya kata sambutan dari ketua panitia pelaksanaan seminar, kepada bapak Maestro waktu dan tempat disediakan.” Kesalahan-kesalahan tersebut hanya sebagian kecil, pada kenyataan yang terlihat guru selalu salah dalam berbahasa.
  
E.     Solusi untuk Mengatasi Ketidakmampuan Guru dalam Berbahasa Indonesia
Berdasarkan masalah-masalah tersebut, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi ketidakmampuan guru berbahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Mempelajari serta mengingat kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia, seperti kaidah pembubuhan afiks terhadap kata, penggunaan konjungsi, dan sebagainya.
2.      Memperbanyak membaca karya tulis ilmiah, karena dalam karya tulis ilmiah digunakan bahasa baku yang dapat memperbanyak kosakata guru. Jika guru telah memiliki banyak kosakata, maka guru kemudian memilih kata (diksi) yang tepat untuk mengungkapkan gagasannya. Menurut Arifin (2009: 28), pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam karang-mengarang maupun dalam dunia tutur sehari-hari. Apabila pembicara tepat memilih kata untuk mengungkapakan gagasannya, maka informasi juga mudah dipahani oleh pendengar. Sebaliknya, akibat kesalahan dalam memilih kata, informasi yang diterima pendengar tidak efektif atau kurang jelas.
3.      Pada dasarnya, kemampuan berbicara ada setelah manusia mengalami proses menyimak. Oleh sebab itu, apabila guru memperbanyak aktivitas menyimak, maka secara perlahan guru akan semakin terampil pula berbicara. Apabila guru sering menyimak berita, sekaligus memperhatikan pembawa berita tersebut menyampaikan berita, maka guru tersebut akan terpengaruhi sekaligus meniru gaya berbahasa pembawa berita. Umumnya, bahasa yang digunakan oleh pembawa berita selalu jelas, lugas, baku, dan mudah dipahami.
4.      Pada jenjang-jenjang pendidikan, bahasa Indonesia memang sudah diterapkan sebagai salah satu bidang studi yang harus dikuasai. Namun kenyataan yang terjadi, pada jenjang pendidikan SD, waktu untuk bidang studi bahasa Indonesia digunakan untuk mengenal huruf, membaca, dan membuat kalimat. Pada jenjang pendidikan SMP, dalam bidang studi bahasa Indonesia yang diajarkan adalah cara menemukan gagasan utama dalam paragraf. Berbeda dengan SD dan SMP, pada jenjang pendidikan SMA yang diajarkan dalam bidang studi bahasa Indonesia adalah cara membuat teks deskriptif, eksposisi, dan sebagaimya. Siswa SMA difokuskan unutk menjawab soal-soal saja. Berdasarkan hal-hal tersebut dapat terlihat, bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah menguasai meteri yang berkaitan dengan bahasa Indonesia, bukan malatih siswa berbahasa Indonesia. Oleh sebab itulah, guru cenderung menguasai bahan atau materi saja, tanpa melatih diri berbahasa Indonesia yang baik dan benar karena yang dituntut dalam sekolah tersebut adalah penguasaan materi.
5.      Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi guru yang tidak mahir berbahasa adalah pihak sekolah-sekolah menentukan kriteria guru yang akan mengajarkan bahasa Indonesia. Kriteria utama adalah mahir atau terampil berbahasa Indonesia. Dengan hal itu, guru-guru akan melatih dirinya dalam berbahasa Indonesia supaya bisa tetap menjadi guru.
6.      Menurut Soetjipto (2009: 53), agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu terampil sesuai pengetahuannya. Artinya, apabila seseorang telah memilih guru bahasa Indonesia sebagai profesinya, maka ia harus mencintai profesinya tersebut dengan cara terampil berbahasa Indonesia.
7.      Kesalahan berbahasa juga disebabkan karena seseorang sedikit menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga terpengaruh dengan bahasa daerah yang lebih banyak ia gunakan. Muslich (2010: 2) menjelaskan bahwa bermacam-macam logat/dialek, pendidikan, dan sikap penutur mempengaruhi keterampilan berbahasa. Oleh sebab itu selain pengetahuan, guru hendaknya memperbanyak penggunaan bahasa Indonesia, agar guru terbiasa berbahasa Indonesia dan tidak mengikuti dialek bahasa daerahnya sendiri.

 BAB III
SIMPULAN

Kesalahan-kesalahan dalam berbahasa Indonesia sering terjadi dalam lingkungan formal tetapi tidak disadari oleh masyarakat terlebih guru, sehingga masih sering kesalahan-kesalahan tersebut terjadi kembali bahkan berulang-ulang. Guru seharusnya terampil berbahasa Indonesia, karena guru adalah tokoh yang ditiru siswa.
Solusi yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berbahasa adalah dengan banyak membaca karya tulis ilmiah, menyimak berita, dan membiasakan diri berbahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi Pressindo. 
Atmazaki. 2009. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: UNP Press.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 
Muslich, Masnur dan Oka. 2010. Perencanaan Bahasa. Jakarta: Bumi Aksara.
Muslich, Masnur. 2010. “Garis-Garis Besar Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Refika aditama: Bandung.
Nurjamal, Daeng, dkk. 2011. Terampil Berbahasa. Bandung: Alfabeta.
Sahaja. 2014. Pengertian Bahasa Indonesia yang Baik” irwansahaja.blogspot.com/.Diakses 12 April 2015.
Soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Asdi Mahasatya.
 Zulfikar. 2013. “Penggunaan Bahasa Indonesia”. http://zulfikar68.blogspot.com.   Diakses 12 April 2015.





Komentar