FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING 


Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Berikut ini adalah beberapa fungsi bimbingan dan konseling.
1.         Fungsi Pemahaman
Fungsi bimbingan konseling dimana konseli diharapkan mampu memahami segala potensi yang dimilikinya, lingkungan sekitar klien, serta permasalahan yang sedang dihadapinya. Pemahaman yang perlu diketahui adalah sebagai berikut.
a.            Pemahaman tentang klien
Sebelum seorang konselor atau pihak-pihak lain dapat memberikan bantuan pelayanan tertentu pada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami individu yang akan dibantu. Materi pemahamannya dapat dikelompokkan ke dalam berbagai data tentang yaitu tentang identitas individu, pendidikan, status perkawinan (klien dewasa), status sosial-ekonomi dan pekerjaan, bakat, minat, hobi, kesehatan, dan sebagainya.
b.            Pemahaman tentang masalah klien
Pelayanan bimbingan dan konseling jika tanpa adanya pemahaman terhadap masalah klien, penanganan terhadap masalah itu tidak mungkin dilakukan. Pemahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sangkut-pautnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembangnya.
c.            Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas
Lingkungan yang lebih luas meliputi, lingkungan sekolah bagi para siswa, lingkungan kerja dan industri bagi karyawan, dan lingkungan-lingkungan kerja bagi individu-individu sesuai dengan sangkut-pautnya masing-masing. Sebagai siswa harus bisa memahami dengan baik lingkungan sekolah, yang meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggungjawab siswa terhadap sekolah, peraturan yang harus ditaati, dan lain sebagainya.

2.         Fungsi Pencegahan
Fungsi pencegahan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya konseli dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan tertentu dalam perkembangannya.
Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanan fungsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa program-program yang nyata. Secara garis besar, program-program tersebut dikembangkan, disusun, dan diselenggarakan melalui tahap-tahap berikut.
a.            Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul.
b.            Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-masalah.
c.            Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut.
d.            Menyusun rencana program pencegahan.
e.            Pelaksanaan dan monitoring.
f.            Evaluasi dan laporan.

3.         Fungsi Pengentasan
Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun mungkin saja konseli yang ada di sekolah masih menghadapi masalah-masalah tertentu. Individu yang mengalami masalah akan merasa ada sesuatu yang tidak nyaman pada dirinya. Konseli yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan untuk dientaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Di sinilah fungsi pengentasan (perbaikan) itu berperan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami klien.
a.            Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis
       Model diagnosis yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model-model diagnosis pemahaman, yaitu mengupayakan pemahaman masalah klien, yaitu pemahaman terhadap seluk-beluk masalah klien, termasuk di dalamnya  perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Disini ada tiga dimensi diagnosis, yaitu :
1.         Diagnosis mental/psikologis mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/psikologis klien.
2.         Diagnosis sosio-emosional mengacu pada hubungan sosial klien dengan orang-orang yang amat besar pengaruhnya terhadap klien.
3.         Diagnosis instrumental berkenaan dengan kondisi atau prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu.

b.            Pengentasan masalah berdasarkan teori konseling
Teori konseling pada umumnya dilengkapi dengan teori tentang kepribadian individu, perkembangan tingkah laku individu yang dianggap sebagai masalah, tujuan konseling, serta proses dan teknik-teknik khusus konseling. Tujuan dari teori-teori tersebut adalah mengentaskan masalah yang diderita oleh klien dengan cara yang paling cepat, cermat, dan tepat. Meskipun tujuan umumnya sama, namun  dari segi teori prinsip-prinsip dan unsur-unsur teknis operasional rasional masing-masing dari teori konseling itu sering kali tidak sama, bahkan ada pula yang bertolak belakang.

4.         Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan
Fungsi pengembangan (development), yaitu bantuan yang diberikan konselor kepada siswa agar ia mampu mengembangkan diri secara optimal. Siswa menyadari akan potensi yang dimiliki akan berusaha memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-sungguh.
Bimbingan berfungsi preventif, pencegahan terjadinya atau timbulnya masalah dari anak-anak didik dan berfungsi preservation, memelihara situasi-situasi yang baik dan menjaga supaya situasi-situasi itu tetap baik. Bimbingan berfungsi mengembangkan secara maksimal apa yang dimiliki anak didik dan apa yang telah dicapainya. Dimana usaha-usaha yang bersifat preventif adalah berusaha menghindarkan atau mencegah terjadinya  pengaruh-pengaruh yang buruk dan menimbulkan masalah-masalah pada diri anak didik, memelihara situasi-situasi yang baik dan menjaga supaya situasi-situasi yang baik itu tetap baik. Sedangkan usaha pengembangan adalah mencoba untuk mengembangkan serta menumbuhkan cara berfikir dan bertingkah laku yang dapat membantu anak didik mengembangkan dirinya secara maksimal. Pengembanagan ini sudah barang tentu disesuaikan dengan berbagai kemungkinan yang ada pada diri anak serta lingkungannya.
Fungsi pemeliharaan berarti memlihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yaang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbian dalam bertinfak dan bertingkah laku sehari -hari, cita-cita yang tinggi dan cuklup realistik, kesehatan dan kebugaran jasmani, hubungan sosial yang harmonis dan dinamis, dan berbagai aspek pisitif lainnya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bukan itu saja, lingkungna yang baik pun (lingkungan fisik, sosial dan budaya) harus dipelihara dan sebesar-besarnya dimanfaatkan untuk kepentingan individu dan orang lain. Jangan sampai rusak ataupun berkurang mutu dan kemanfaatannya.
Apabila berbicara tentang “pemeliharaan”, maka pemeliharaan yang baik bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pemeliharaan yang demikian itu adalah pemeliharaan yang membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu fungsi pemeliharaan dan fungsi pengembangan tidak dapat dipisahkan. Bahkan keduanya ibarat dua sisi dari mata uang. Jika sisi yang satu tidak ada atau cacat, maka mata uang itu secara keseluruhan tidak mempunyai nilai nilai lagi. Kedua sisi berfungsi seiring dan saling menunjang.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program. Misalnya disekolah, bentuk dan ukuran meja murid disesuaikan sesuai ukuran tubuh (dan besarnya) serta sikap tubuh yang diharapkkan (tegap dan gagah). Fentilasi, suhu, bentuk, dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka yang berada diruang itu merasa nyaman, betah dapat melakukan kegiatan dengna tenang dan sepenuh semangat. Letak duduk anak-anak dalam kelas setiap kali diubah (misalnya setiap catur wulan atau semester) agar unsur-unsur organisme anak-anak itu (misalnya arah dan jarak pandangnan, kemampuan mendengar, sikap dan arah menghadapkan tubuh) tidak berkembang kearah yang menyimpang. Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa, sehingga disatu sisi tidak kaku atau membosankan dan sisi lain tidak menciptakan suasana keributan dan kesimpang siuran. Tempat buang air dan membersihkan diri tersedia secukupnya agar kesehatan dan kebersihan terjaga. Kegiatan kelompoik belajra dijaga kelangsungannya dan dikembangkan sebagai salah satu arah kegiatan belajar para siswa di luar kelas. Penjurusan dan penempatan siswa pada program-program akademik dan kokulikuler atau ekstrakulikuler disesuaikan kemampuan, bakat dan minat siswa. Program penilaian dan apresiasi kemampuan dan prestasi siswa diorientasikan pada prinsip “maju berkelanjutan.

Komentar