BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Latar
Belakang Psikologis
Ada
beberapa aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pribadi yang perlu dipahami oleh konselor atau pembimbing agar dapat memberikan
layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam rangka
memfasilitasi individu, atau peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara
optimal.
1. Motif
Salah
satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena keberadaannya
sangat berpengaruh dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah
laku yang tanpa motif , artinya setiap tingkah laku individu memiliki moif.
Abidin
Syamsudin Makmun (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2011: 159) menjelaskan bahwa motif
sebagai suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk
bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Dari
pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa setiap kegiatan atau
aktivitas individu selalu ada kekuatan yang mendorongnya dan selalu mengarah
kepada suatu tujuan. Kekuatan yang mendorong dan mengarahkan perilaku itu
disebut motif.
2. Konflik
dan Frustrasi
a. Konflik
Manusia
dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang mengalami beberapa macam motif yang
saling bertentangan. Dengan demikian individu berada dalam keadaan konflik
psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu-raguan,
motif mana yang akan diambilnya. Motif-motof yang dihadapi individu itu,
mungkin semua positif atau mungkin negatif, dan mungkin juga campuran antara
positif dan negatif.
Selain
itu, juga terdapat konflik ganda, yaitu konflik psikis yang dialami individu
dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif
positif dan negatif sekaligus dan sama kuat. Misalnya salah satu siswi lulusan
salah satu SMA, mengahadapi kebingungan karena harus memilih antara melanjutkan
studi ke perguruan tinggi atau menikah. Sedangkan calon suaminya itu tidak
disenanginya, karena atas dasar pilihan orang tua. Dia tidak mau menikah dengan
pilihan orangtuanya (negatif). Tetapi dia tidak mau menyakiti hati orangtuanya
(positif). Di pihak lain ia ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi
(positif), tetapi ia takut karena tidak diizinkan oleh orang taunya (negatif).
b. Frustasi
Frustasi
dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh
tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah rasa kecewa
yang mendalam karena kehendak yang diinginkan tak kunjung terlaksana.
3. Sikap
Yusuf
dan Nurihsan (2011:169) menjelaskan bahwa sikap adalah kondisi mental yang
relatif menetap untuk merespon objek atau perangsang tertentu yang mempunyai
arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut aspek-aspek
kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.
Sikap
merupaka aspek psikis yang dipelajari, maka sikap itu dapat berubah. Perubahan tidak
terjadi dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
4. Hereditas
(keturunan)
Hereditas
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan
orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi.
5. Lingkungan
Lingkungan
adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga inividu itu
terlibat atau terpengaruh kerenanya.
Hubungan antara manusia dengan lingkungan itu adalah saling mempengaruhi. Ada
beberapa lingkungan yang berperan penting dalam mempengaruhi individu,
diantaranya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok teman
sebaya, dan sebagainya.
B.
Latar
Belakang Sosial Budaya
Arus
modernisasi selain berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam
bidang komunikasi dan transportasi. Di sisi lain ternyata telah menimbulkan
dampak yang kurang menguntungkan yaitu dengan menggejalanya berbagai problema
yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial.
Sekolah
tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat, dan mempunyai
tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik baik sebagai
pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Di dalam situasi inilah
bimbingan dan konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan
kepada siswa. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program
pendidikan pada umumnya.
Yusuf
dan Nurihsan (2011: 119-130) menjelaskan bahwa kebutuhan akan bimbingan itu
timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat di mana
individu itu hidup. Fakor-faktor itu diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Perubahan
konstelasi keluarga
Kartini Kartono (dalam Yusuf dan
Nurihsan, 2011: 121) menyatakan bahwa pesatnya arus globalisasi itu telah
berpegaruh kepada kehidupan keluarga menjadi atomistic dan cenderung
mengecilkan keutuhan keluarga.dalam kehidupan modern baik ayah maupun ibu
sama-sama sibuk mencari nafkah, mengejar karir atau kesibukan lainnya. Keadaan
ini menyebabkan komunikasi antar orangtua dan anak menjadi sangat longgar. Bimbingan
dan kasih sayang keluaga diduga penyebab merosotnya prestasi pendidikan anak di
sekolah.
2. Perkembangan
pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan
menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan.
Sebagai akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi,
program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu, program pendidikan pun perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan
masyarakat itu. Perkembangan pendidikan tampak dalam tiga arah, ialah arah
meninggi, meluas, dan mendalam.
3. Dunia
kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi
komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandikan dengan masa
sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia
kerja, terutama pada tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu diantaranya adalah
semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki keterampilan,
meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional yang memiliki
keterampilan teknik, berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari
penerapan teknologi baru, berkembangnya perindustrian di berbagai daerah,
berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru,
dan semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam
dunia kerja.
4. Perkembangan komunikasi
Dampak media masa dalam kehidupan
manusia sangat besar. Pengaruhnya seperti virus influenza yang mudah menyebar
ke tubuh manusia. Televisi telah menjadi pusat hiburan keluarga. Dewasa ini
anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap harinya sekitar 6
jam untuk menonton televisi. Di samping itu program-program yang ditayangkan tidak
sedikit yang merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan,
mistik, dan moral. Dalam hal ini layanan yang memfasilitasi berkembangnya
kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan pendekatan yang sangat
tepat.
5. Seksisme
dan rasisme
Seksisme merupakan paham yang
mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainnya.
sementara rasisme adalah paham yang mengunggulkan ras yang satu dengan ras yang
lain. Fenomena ini nampak dari sikap para orangtua yang masih memegang budayatradisional
dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi atau tidak memberikan
kebebasan kepada anak wanita untuk memilih sendiri karir yang diminatinya.
6. Kesehatan
mental
Terkait dengan masalah kesehatan mental
ini maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan dituntut untuk
menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya
mengembangkan mental yang sehat, dan mencegah serta menyembuhkan mental yang
tidak sehat.
7. Perkembangan
teknologi
Dengan berkembangnya teknologi yang
pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan
keadaan masyarakat adalah penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan
alat-alat mekanis elektronik dan hal itu mau tidak mau menyebabkan
pengangguran. Serta bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru
menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi
orang-orang yang hendak menjabatnya.
Terkait dengan masalah ini maka
sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan
program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan mental yang
sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat.
8. Kondisi
moral dan keagamaan
Kebebasan untuk menganut agama sesuai
dengan keyakinan masing-masing individu menyebabkan seorang individu berpikir
dan menilai setiap agama yang dianutnya. Dalam pada itu terutama pada para kaum
muda panilaian terhadap keyakinan agama itu sering didasarkan atas kesenangan
pribadi yang nyata yang akan membawa pada perasaan tertekan oleh norma-norma
agama ataupun nilai moral yang dianut oleh orangtuanya atau masyarakat
terdekat. Dengan demikian meraka akan dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang
tidak mudah untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan
peka. Makin banyak ragamnya ukuran penilaian, makin besar pula konflik yang
diderita oleh individu yang bersangkutan dan makin terasalah kebutuhan akan bimbingan
yang baik untuk menanggulanginya
9. Kondisi
sosial ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor
ekonomi di antara anggota kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat.
Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan
ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendah. Anak-anak yang berasal dari
ekonomi lemah tidak mustahil timbul kecemburuan sosial dengan anak-anak dari
kelompok orang-orang kaya. Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya
memerlukan adanya bimbingan baik dari mereka yang berasal dari kalangan kurang
mampu ataupun mereka dari golongan sebaliknya.
C.
Latar
Belakang Pendidikan
Zubaidah (2011) mengatakan bahwa sesuai dengan
kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah
dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana
dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian
dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah
perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi.
Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya
pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Untuk menuju
tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya
bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional
(pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak
didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah
kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik,
kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi
kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang
amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan
sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara
akademik, psikologis, maupun sosial.
Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia
pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa
pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik
secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum
mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam
gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah,
kekurang-percayaan masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara
psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang
kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap
santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum
memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
FAKTA:
1. Pendidikan
belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara
optimal.
2. Secara akademis
masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara
optimal pula.
3. Secara
psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang
kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap
santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan
sebagainya.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya
bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
Pertama adalah dilihat dan
hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian.
Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan
yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah
pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
Kedua, pendidikan
senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan
perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan
ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri
melalui layanan bimbingan.
Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya
sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik.
Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya
dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan
pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.
Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan
bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah
aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan
sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh
sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam
perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan
pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.
1. Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang
baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses
kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik.
Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan
konseling.
2. Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi
yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus
melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial kultural) pendidikan, dan
siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
1. Perlunya
layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas kaitannya dengan
beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural,
pedagogis, dan psikologis. Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan
masalah perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan
kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut
mempengaruhi sekolah sebagai lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa
sebagai individu. Latar belakang pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat
pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan
kepribadian, dan hakikat peranan guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat
dengan perlunya layanan pribadi para siswa dalam upaya mencapai perkembangan
optimal.
2. Latar belakang
psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik
dan berkembang, dalam upaya mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap
siswa memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan
masing-masing.
3. Ketiga hal di
atas, menuntut adanya layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu unsur
dalam keseluruhan pendidikan di sekolah.
Latar belang pendidikan yang lainnya
adalah sebagai berikut:
Demokratisasi yang menyebabkan perkembangan pendidikan yang bersifat
meninggi, meluas, dan mendalam.
1. meninggi:
bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, yang merupakan kebutuhan pilihan jenjang pendidikan yang tepat.
2. Meluas:
pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan, yang
merupakan kebutuhan pilihan jurusan dan bidang studi yang tepat.
3. Mendalam:
berkembangnya ruang lingkup dan keragaman serta pertumbuhan tingkat kerumitan
tiap bidang studi, yang merupakan pengembangan kemampuan, sikap dan minat serta
perhatian individual.
D.
Latar
Belakang IPTEK dan Globalisasi
Ada
beberapa alas an dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang,
diantaranya adalah perkembangan IPTEK. Karena di era modern ini semakin maju
dan berkembang, sehingga antara manfaat dan keruguannya sangat tipis
perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini adalah sebagai berikut.
1. Menimbulkan
perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya,
politik, ekonomi, industry, dan lain sebagainya.
2. Berkembangnya
sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.
3. Timbul
masalah hubungan social, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan
lain sebagainya.
4. Membawa
dampak positif dan negative, pertumbuhan penduduk semakin kompleks masalahnya.
5. Berpengaruh
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga
pendidikn bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu
(berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat
multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya
ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran
dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang
kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek
bimbingan dan konseling.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi
informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak
dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. Hal ini bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer
interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya
dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui
hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber
counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi
komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan teknologi jaringan tersebut tidak hanya mata
kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini,
melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan
Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini.
Seperti kita ketahui bahwa saat ini BK belum dikatakan
materi, sehingga tidak semua sekolah di Indonesia memberikan jam yang cukup
untuk materi BK ini, karena berbagai alasan. Dengan demikian apakah
dengan tidak tersedianya waktu yang cukup peran Guru BK akan berhasil? Siapapun
pasti akan menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak
cukup atau tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa yang
disampaikan bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan teknolgi bisa
menjawab kekurangan waktu tersebut.
Salah satu tantangan guru BK yaitu dihadapi pilihan yang terus
berubah (over choise). Para siswa sekarang lebih dahsyat lagi menerima pengaruh
global. Kondisi ini menuntut guru BK tak boleh ketingalan IPTEK.
Informasi dunia kerja, cara belajar dan menghadapi masalah sosial
harus mampu diakses guru BK lewat berbagai cara. Sekolah ataupun lembaga wajib
menyiapkan SDM calon guru BK agar kompetensinya relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Guru BK harus bisa menyelesaikan masalah di sekolah dan
juga berperan di masyarakat maupun memecahkan masalah keluarga.
Guru BK di sekolah harus berkreasi mengatasi tantangan
masa depan anak-anak yang makin kompleks. Guru BK menjadi
pendamping siswa guna membangun potensi, memotivasi belajar serta mencairkan
faktor penghalang kemajuan siswa.
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK
yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen
menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK
yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan
dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun
Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien
bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya
Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dan maksimal. Terlepas dari itu semua apakah seorang konselor dalam hal ini
Guru BK (Bimbingan dan Konseling) sudah siap dengan teknologi ini? Jika sudah
siap maka kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang, karena banyak sarana,
bahan dan sebagainya yang bisa kita dapatkan melali dunia maya tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Ada empat hal yang melatar belakangi
perlunya bimbingan dan konseling bagi siswa, yaitu latar belag psikologis,
social budaya, pendidikan, serta IPTEK dan globalisasi. Ada beberapa aspek
psikologis dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu
dipahami oleh konselor atau pembimbing, yaitu motif, konflik dan frustasi,
sikap, hereditas (lingkungan), dan sikap.
Latar belakng social budaya yang membuat
BK sangat diperlukan oleh siswa adalah perubahan kontelasi keluarga,
perkembangan pendidikan, dunia kerja, perkembangan komunikasi, seksisme dan
rasisme, kesehatan mental, perkembangan teknologi, kondisi moral dan keagamaan,
serta kondisi social ekonomi.
Perlunya BK bagi siswa dilihat dari latar
belakang pendidikan adalah dilihat dari pembimbing atau guru di sekolah. Hubungan inilah yang membuat bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam
pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara
optimal.
Latar belakang IPTEK dan globalisasi dengan teknologi khususnya
jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses
interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja
tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam
dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal.
B.
Saran
Saran dalam makalah ini di tujukan
kepada pembaca, khususnya orang-orang yang terlibat dalam kegiatan bimbingan
dan konseling. Perlunya bimbingan dan konseling bagi siswa harus diperhatikan
dengan seksama. Peran guru BK di sekolah harus lebih bisa menonjolkan apa yang
seharusnya menjadi tugasnya, yaitu membimbing peserta didik. Oleh karena itu,
dengan adanya makalah ini diharapkan bisa lebih meningkatkan pera guru BK di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf,
Syamsu., dan Juntika Nurihsan. 2011. Landasan
Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar