LATAR BELAKANG PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI SISWA

 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan dan konseling berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti lurhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Dalam proses pendidikan , banyak dijumpai permasalahan yang dialami oleh siswa. Permasalahan yang timbul di dalam diri siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Di sinilah peran seorang guru terutama guru bimbingan dan konseling diperlukan untuk mendampingi dan membimbing mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi, serta untuk mengarahkan mereka agar bertindak dan berperilaku dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut, penulis membuat makalah yang berisi tentang latar belakang perlunya Bimbingan dan Konseling bagi Siswa.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana latar belakang psikologis perlunya BK bagi siswa?
2.      Bagaimana latar belakang sosial budaya perlunya BK bagi siswa?
3.      Bagaimana latar belakang pendidikan perlunya BK bagi siswa?
4.      Bagaimana latar belakang IPTEK dan globalisasi perlunya BK bagi siswa?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Mendeskripsikan latar belakang psikologis perlunya BK bagi siswa.
2.      Mendeskripsikan latar belakang sosial budaya perlunya BK bagi siswa.
3.      Mendeskripsikan latar belakang pendidikan perlunya BK bagi siswa.
4.      Mendeskripsikan latar belakang IPTEK dan globalisasi perlunya BK bagi siswa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Latar Belakang Psikologis
Ada beberapa aspek psikologis dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu dipahami oleh konselor atau pembimbing agar dapat memberikan layanan bimbingan dan konseling secara akurat dan bijaksana, dalam rangka memfasilitasi individu, atau peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
1.      Motif
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif, karena keberadaannya sangat berpengaruh dalam tingkah laku individu. Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif , artinya setiap tingkah laku individu memiliki moif.
Abidin Syamsudin Makmun (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2011: 159) menjelaskan bahwa motif sebagai suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Dari pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa setiap kegiatan atau aktivitas individu selalu ada kekuatan yang mendorongnya dan selalu mengarah kepada suatu tujuan. Kekuatan yang mendorong dan mengarahkan perilaku itu disebut motif.
2.      Konflik dan Frustrasi
a.       Konflik
Manusia dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang mengalami beberapa macam motif yang saling bertentangan. Dengan demikian individu berada dalam keadaan konflik psikis, yaitu suatu pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu-raguan, motif mana yang akan diambilnya. Motif-motof yang dihadapi individu itu, mungkin semua positif atau mungkin negatif, dan mungkin juga campuran antara positif dan negatif.
Selain itu, juga terdapat konflik ganda, yaitu konflik psikis yang dialami individu dalam menghadapi dua situasi atau lebih yang masing-masing mengandung motif positif dan negatif sekaligus dan sama kuat. Misalnya salah satu siswi lulusan salah satu SMA, mengahadapi kebingungan karena harus memilih antara melanjutkan studi ke perguruan tinggi atau menikah. Sedangkan calon suaminya itu tidak disenanginya, karena atas dasar pilihan orang tua. Dia tidak mau menikah dengan pilihan orangtuanya (negatif). Tetapi dia tidak mau menyakiti hati orangtuanya (positif). Di pihak lain ia ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi (positif), tetapi ia takut karena tidak diizinkan oleh orang taunya (negatif).
b.      Frustasi
Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah rasa kecewa yang mendalam karena kehendak yang diinginkan tak kunjung terlaksana.
3.      Sikap
Yusuf dan Nurihsan (2011:169) menjelaskan bahwa sikap adalah kondisi mental yang relatif menetap untuk merespon objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat positif, netral, atau negatif, menyangkut aspek-aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.
Sikap merupaka aspek psikis yang dipelajari, maka sikap itu dapat berubah. Perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
4.      Hereditas (keturunan)
Hereditas merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi.
5.      Lingkungan
Lingkungan adalah segala hal yang mempengaruhi individu, sehingga inividu itu terlibat  atau terpengaruh kerenanya. Hubungan antara manusia dengan lingkungan itu adalah saling mempengaruhi. Ada beberapa lingkungan yang berperan penting dalam mempengaruhi individu, diantaranya adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, kelompok teman sebaya, dan sebagainya.

B.     Latar Belakang Sosial Budaya
Arus modernisasi selain berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transportasi. Di sisi lain ternyata telah menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial.
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat, dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik baik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Di dalam situasi inilah bimbingan dan konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan kepada siswa. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya.
Yusuf dan Nurihsan (2011: 119-130) menjelaskan bahwa kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat di mana individu itu hidup. Fakor-faktor itu diantaranya adalah sebagai berikut.
1.      Perubahan konstelasi keluarga
Kartini Kartono (dalam Yusuf dan Nurihsan, 2011: 121) menyatakan bahwa pesatnya arus globalisasi itu telah berpegaruh kepada kehidupan keluarga menjadi atomistic dan cenderung mengecilkan keutuhan keluarga.dalam kehidupan modern baik ayah maupun ibu sama-sama sibuk mencari nafkah, mengejar karir atau kesibukan lainnya. Keadaan ini menyebabkan komunikasi antar orangtua dan anak menjadi sangat longgar. Bimbingan dan kasih sayang keluaga diduga penyebab merosotnya prestasi pendidikan anak di sekolah.
2.      Perkembangan pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sebagai akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi, program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan pun perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu. Perkembangan pendidikan tampak dalam tiga arah, ialah arah meninggi, meluas, dan mendalam.
3.      Dunia kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandikan dengan masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama pada tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu diantaranya adalah semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki keterampilan, meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional yang memiliki keterampilan teknik, berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi baru, berkembangnya perindustrian di berbagai daerah, berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru, dan semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
4.      Perkembangan  komunikasi
Dampak media masa dalam kehidupan manusia sangat besar. Pengaruhnya seperti virus influenza yang mudah menyebar ke tubuh manusia. Televisi telah menjadi pusat hiburan keluarga. Dewasa ini anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap harinya sekitar 6 jam untuk menonton televisi. Di samping itu program-program yang ditayangkan tidak sedikit yang merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik, dan moral. Dalam hal ini layanan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan pendekatan yang sangat tepat.
5.      Seksisme dan rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari jenis kelamin yang lainnya. sementara rasisme adalah paham yang mengunggulkan ras yang satu dengan ras yang lain. Fenomena ini nampak dari sikap para orangtua yang masih memegang budayatradisional dalam pemilihan karir bagi anak wanita, yaitu membatasi atau tidak memberikan kebebasan kepada anak wanita untuk memilih sendiri karir yang diminatinya.
6.      Kesehatan mental
Terkait dengan masalah kesehatan mental ini maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat, dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat.
7.      Perkembangan teknologi
Dengan berkembangnya teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang menyebabkan kerumitan struktur dan keadaan masyarakat adalah penggantian sebagian besar tenaga kerja dengan alat-alat mekanis elektronik dan hal itu mau tidak mau menyebabkan pengangguran. Serta bertambahnya jenis-jenis pekerjaan dan jabatan baru menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan khusus pula bagi orang-orang yang hendak menjabatnya.
Terkait dengan masalah ini maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga perusahaan dituntut untuk menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya mengembangkan mental yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang tidak sehat.
8.      Kondisi moral dan keagamaan
Kebebasan untuk menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing individu menyebabkan seorang individu berpikir dan menilai setiap agama yang dianutnya. Dalam pada itu terutama pada para kaum muda panilaian terhadap keyakinan agama itu sering didasarkan atas kesenangan pribadi yang nyata yang akan membawa pada perasaan tertekan oleh norma-norma agama ataupun nilai moral yang dianut oleh orangtuanya atau masyarakat terdekat. Dengan demikian meraka akan dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang tidak mudah untuk ditentukan, karena menyangkut hal yang sangat mendasar dan peka. Makin banyak ragamnya ukuran penilaian, makin besar pula konflik yang diderita oleh individu yang bersangkutan dan makin terasalah kebutuhan akan bimbingan yang baik untuk menanggulanginya
9.      Kondisi sosial ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi di antara anggota kelompok campuran, menimbulkan masalah yang berat. Masalah ini terutama sangat dirasakan oleh individu yang berasal dari golongan ekonomi lemah, tidak mampu, atau golongan rendah. Anak-anak yang berasal dari ekonomi lemah tidak mustahil timbul kecemburuan sosial dengan anak-anak dari kelompok orang-orang kaya. Untuk menanggulangi masalah ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan baik dari mereka yang berasal dari kalangan kurang mampu ataupun mereka dari golongan sebaliknya.

C.    Latar Belakang Pendidikan
Zubaidah (2011) mengatakan bahwa sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan tujuan pendidikan sebagaimana dikemukakan dalam GBHN adalah: “Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”. Dan pengertian dan tujuan di atas, jelas bahwa yang menjadi tujuan inti dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dan setiap anak didik sebagai pribadi. Dengan demikian setiap kegiatan proses pendidikan diarahkan kepada tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang optimal sesuai dengan potensi masing-masing.
Untuk menuju tercapainya pribadi yang berkembang, maka kegiatan pendidikan hendaknya bersifat menyeluruh yang tidak hanya berupa kegiatan instruksional (pengajaran), akan tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap anak didik secara pribadi mendapat layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan pendidikan yang diinginkan seperti tersebut di atas, adalah kegiatan pendidikan yang ditandai dengan pengadministrasian yang baik, kurikulum beserta proses belajar mengajar yang memadai, dan layanan pribadi kepada anak didik melalui bimbingan.
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
Kalau kita menyimak kenyataan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya, masih terdapat kecenderungan bahwa pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal. Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal. Hal ini nampak antara lain dalam gejala-gejala: putus sekolah, tinggal kelas, lambat belajar, berprestasi rendah, kekurang-percayaan masyarakat terhadap basil pendidikan, dan sebagainya. Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya. Demikian juga secara sosial ada kecenderungan anak didik belum memiliki kemampuan penyesuaian sosial secara memadai.
FAKTA:
1.      Pendidikan belum sepenuhnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak didik secara optimal.
2.      Secara akademis masih nampak gejala bahwa anak didik belum mencapai prestasi belajar secara optimal pula.
3.      Secara psikologis masih banyak adanya gejala-gejala perkembangan kepribadian yang kurang matang, kurang percaya pada diri sendiri, kecemasan, putus asa, bersikap santai, kurang responsif, ketergantungan, pribadi yang tidak seimbang, dan sebagainya.
Ada tiga hal pokok yang menjadi latar belakang perlunya bimbingan dilihat dan segi pendidikan.
Pertama adalah dilihat dan hakikat pendidikan sebagai suatu usaha sadar dalam mengembangkan kepribadian. Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan menuntut adanya pendekatan yang lebih luas dari pada sekedar pengajaran. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui layanan bimbingan dan konseling.
Kedua, pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis dan karenanya selalu terjadi perubahan perubahan dan penyesuaian dalam komponen-komponennya. Menghadapi perkembangan ini para siswa sebagai subjek didik memerlukan bantuan dalam penyesuaian diri melalui layanan bimbingan.
Ketiga pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang tidak hanya sebagai pengajar,tetapi lebih luas dari itu, yaitu sebagai pendidik. Sebagai pendidik, maka guru seyogyanya dapat menggunakan pendekatan pribadi dalam mendidik para siswanya. Pendekatan pribadi ini diwujudkan melalui layanan bimbingan.
Uraian di atas, menjelaskan bahwa perlunya layanan bimbingan di sekolah adalah berlatarbelakangkan tiga aspek. Pertama adalah aspek lingkungan, khususnya lingkungan. sosial kultural, yang secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi individu siswa sebagai subjek didik, dan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Sebagai akibat dari lingkungan pengaruh sosial-kultural ini, maka individu memerlukan adanya bantuan dalam perkembangannya, dan sekolahpun memerlukan pendekatan khusus. Bantuan dan pendekatan yang diperlukan adalah layanan bimbingan dan konseling.
1.      Aspek yang kedua adalah lembaganya itu sendiri yaitu pendidikan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian subjek didik. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dilaksanakan secara tuntas baik dalam proses kegiatannya maupun tindak dan para pelaksana nya yaitu guru sebagai pendidik. Untuk menuntaskan pendidikan, diperlu kan adanya layanan bimbingan dan konseling.
2.      Aspek ketiga adalah yang menyangkut segi subjek didik sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, memerlukan pendekatan dan bantuan yang khusus melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan (sosial  kultural) pendidikan, dan siswa (psikologis) merupakan latar belakang perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
1.      Perlunya layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas kaitannya dengan beberapa aspek yang menjadi latar belakangnya, yaitu aspek sosial-kultural, pedagogis, dan psikologis. Latar belakang sosial-kultural berhubungan dengan masalah perkembangan sosial yang juga erat kaitannya dengan perkembangan kebudayaan khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut mempengaruhi sekolah sebagai lembaga pendidikan dan juga mempengaruhi siswa sebagai individu. Latar belakang pedagogis berhubungan dengan masalah hakikat pendidikan sebagai usaha mengembangkan kepribadian, dinamika dan perkembangan kepribadian, dan hakikat peranan guru sebagai pendidik. Hal itu berkaitan erat dengan perlunya layanan pribadi para siswa dalam upaya mencapai perkembangan optimal.
2.      Latar belakang psikologis, berhubungan dengan hakikat siswa sebagai pribadi yang unik, dinamik dan berkembang, dalam upaya mencapai perwujudan diri. Secara psikologis setiap siswa memerlukan adanya layanan yang bertitik tolak dari kondisi keunikan masing-masing.
3.      Ketiga hal di atas, menuntut adanya layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu unsur dalam keseluruhan pendidikan di sekolah.
Latar belang pendidikan yang lainnya adalah sebagai berikut:
Demokratisasi yang menyebabkan perkembangan pendidikan yang bersifat meninggi, meluas, dan mendalam.
1.      meninggi: bertambahnya kesempatan dan kemungkinan untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang merupakan kebutuhan pilihan jenjang pendidikan yang tepat.
2.      Meluas: pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan, yang merupakan kebutuhan pilihan jurusan dan bidang studi yang tepat.
3.      Mendalam: berkembangnya ruang lingkup dan keragaman serta pertumbuhan tingkat kerumitan tiap bidang studi, yang merupakan pengembangan kemampuan, sikap dan minat serta perhatian individual.



D.    Latar Belakang IPTEK dan Globalisasi
Ada beberapa alas an dibutuhkannya bimbingan dan konseling pada setiap bidang, diantaranya adalah perkembangan IPTEK. Karena di era modern ini semakin maju dan berkembang, sehingga antara manfaat dan keruguannya sangat tipis perbedaannya. Dampak perkembangan IPTEK ini adalah sebagai berikut.
1.      Menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai sendi kehidupan seperti social, budaya, politik, ekonomi, industry, dan lain sebagainya.
2.      Berkembangnya sejumlah karier atau jenis lapangan pekerjaan tertentu.
3.      Timbul masalah hubungan social, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran, dan lain sebagainya.
4.      Membawa dampak positif dan negative, pertumbuhan penduduk semakin kompleks masalahnya.
5.      Berpengaruh dalam dunia pendidikan, khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah. Lembaga pendidikn bertanggung jawab mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu (berhasil) menyesuaikan diri di dalam masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sehingga layanan bimbingan dan konseling sangat diperlukan.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Hal ini bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan teknologi jaringan tersebut tidak hanya mata kuliah atau bidang studi saja yang bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini, melainkan hampir sebagian besar proses belajar mengajar termasuk BK (Bimbingan Konseling) atau Bimbingan Karier sudah bisa memanfaatkan teknologi tinggi ini.
Seperti kita ketahui bahwa saat ini BK belum dikatakan materi, sehingga tidak semua sekolah di Indonesia memberikan jam yang cukup untuk materi BK ini, karena berbagai alasan. Dengan demikian apakah dengan tidak tersedianya waktu yang cukup peran Guru BK akan berhasil? Siapapun pasti akan menjawab tidak. Dengan argumen apapun jika waktu yang tersedia tidak cukup atau tidak sesuai seperti yang diharapkan, maka jangan harap apa yang disampaikan bisa mengenai sasarannya. Oleh karena itu peranan teknolgi bisa menjawab kekurangan waktu tersebut.
Salah satu tantangan guru BK yaitu dihadapi pilihan yang terus berubah (over choise). Para siswa sekarang lebih dahsyat lagi menerima pengaruh global. Kondisi ini menuntut guru BK tak boleh ketingalan IPTEK.
Informasi dunia kerja, cara belajar dan menghadapi masalah sosial harus mampu diakses guru BK lewat berbagai cara. Sekolah ataupun lembaga wajib menyiapkan SDM calon guru BK agar kompetensinya relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Guru BK harus bisa menyelesaikan masalah di sekolah dan juga berperan di masyarakat maupun memecahkan masalah keluarga.
Guru BK di sekolah harus berkreasi mengatasi tantangan masa depan anak-anak yang makin kompleks. Guru BK menjadi pendamping siswa guna membangun potensi, memotivasi belajar serta mencairkan faktor penghalang kemajuan siswa.
Terkait sasaran layanan makin kompleks, diperlukan pelayanan BK yang profesional. Salah satu syarat pekerjaan profesional itu adanya komitmen menerapkan keahlian. Lembaga ataupun sekolah harus selalu menyiapkan guru BK yang adaptif dengan perubahan iptek sehingga teori yang dipelajari relevan dengan tugas BK.
Dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal. Terlepas dari itu semua apakah seorang konselor dalam hal ini Guru BK (Bimbingan dan Konseling) sudah siap dengan teknologi ini? Jika sudah siap maka kapan lagi kalau tidak dimulai dari sekarang, karena banyak sarana, bahan dan sebagainya yang bisa kita dapatkan melali dunia maya tersebut.
  

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Ada empat hal yang melatar belakangi perlunya bimbingan dan konseling bagi siswa, yaitu latar belag psikologis, social budaya, pendidikan, serta IPTEK dan globalisasi. Ada beberapa aspek psikologis dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi yang perlu dipahami oleh konselor atau pembimbing, yaitu motif, konflik dan frustasi, sikap, hereditas (lingkungan), dan sikap.
Latar belakng social budaya yang membuat BK sangat diperlukan oleh siswa adalah perubahan kontelasi keluarga, perkembangan pendidikan, dunia kerja, perkembangan komunikasi, seksisme dan rasisme, kesehatan mental, perkembangan teknologi, kondisi moral dan keagamaan, serta kondisi social ekonomi.
Perlunya BK bagi siswa dilihat dari latar belakang pendidikan adalah dilihat dari pembimbing atau guru di sekolah. Hubungan inilah yang membuat bimbingan mempunyai peranan yang amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar berkembang secara optimal.
Latar belakang IPTEK dan globalisasi dengan teknologi khususnya jaringan komputer baik Intranet maupun Internet proses belajar mengajar, proses interaksi antara konselor dan klien bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan demikian peran teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan maksimal.

B.     Saran
Saran dalam makalah ini di tujukan kepada pembaca, khususnya orang-orang yang terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Perlunya bimbingan dan konseling bagi siswa harus diperhatikan dengan seksama. Peran guru BK di sekolah harus lebih bisa menonjolkan apa yang seharusnya menjadi tugasnya, yaitu membimbing peserta didik. Oleh karena itu, dengan adanya makalah ini diharapkan bisa lebih meningkatkan pera guru BK di sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu., dan Juntika Nurihsan. 2011. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.


Komentar