A.
Pengertian Diglosia
Kaata
diglosia berasal dari bahasa Prancis diglossie,
yang pernah digunakan oleh Marcais, seorang liguis Peranacis tetapi istilah itu
baru dikenal setelah digunakan oleh seorang sarjana dari Stanford Uiversity,
yaitu C. A Ferguson tahun 1958. Dia memperkenalkan istilah ini dalam suatu
simposium tentang “Urbanisasi dan Bahasa-bahasa Standar” yang diselenggarakan
oleh American Antropological Association
di Washington DC. Kemudian Ferguson menjadikan lebih terkenal lagi istilah
tersebut dengan sebuah artikelnya yang berjudul “Diglosia” yang dimuat dalam
majalah Word tahun 1959. Artikel ini kemudian dibuat juga dalam Hymes (ed.)
Language in Culture and Society (1964:42—439) dan dalam Giglioli (ed.) Language
and social contact (1972). Hingga ini artikel Ferguson itu dipandang sebagai
referensi klasik mengenai diglosia, meskipun Fishman (1967) dan Fasold (1984)
juga membicarakannya.
Ferguson
menggunakan istilah diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana
terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan dan masing-masing
mempunyai peranan tertentu. Berikut ini rumusan Ferguson tentang diglosia.
1.
Diglosia adalah suatu situasi kebudayaan
yang relatif stabil, di mana selain terdapat sejumlah dalek-dialek utama (lebih
tepat ragam-ragam utama) dari suatu bahasa, terdapat juga sebuah ragam lain.
2.
Dialek-dialek utma itu, di antaranya,
biasanya berupa sebuah dialek standar, atau sebuah standar refional.
3.
Ragam lain (yang bukan diale-dialek
utama) itu memiliki ciri yaitu seagai berikut.
a.
Sudah (sangat) terkodifikasi
b.
Gramatikalnya lebih kompleks
c.
Merupakan wahana kesusastraan terulis
yang sangat luas dan dihormati
d.
Dipelajari malalui pendidikan formal
e.
Digunakan terutama dalam bahasa tulis
dan bahasa lisan formal
f.
Tidak digunakan (oleh lapisan masyarakat
manapun) untuk percakapan sehari-hari
Komentar
Posting Komentar