PERBEDAAN RAGAM BAHASA LISAN DENGAN BAHASA TULIS
Secara garis besar, ragam bahasa dapat dibedakan atas dua
jenis, yakni lisan dan tulis. Kedua ragam ini memiliki perbedaan dalam banyak
hal. Namun, perbedaan itu tidak menyebabkan terjadinya kesenjangan pemahaman di
antara sesama pengguna walaupun salah satu di antara kedua ragam itu yang
dipilih. Tidak adanya kendala komunikatif di antara sesama pengguna kedua jenis
ragam itu ada kalanya membuat orang berpendapat bahwa ragam tulis merupakan
pengalihan ragam lisan. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapat demikian tidak
sepenuhnya benar karena belum tentu semua unsur atau ciri yang terdapat pada ragam
lisan dapat dituliskan dan tidak pula semua unsur atau ciri yang terdapat pada
ragam tulis dapat dilisankan.
Kemudian, kaidah yang berlaku dalam ragam lisan tidak selalu
dapat diterapkan ke dalam ragam tulis. Untuk lebih jelas, perbedaan kedua ragam
itu dapat dilihat pada paparan
berikut ini.
1.
Ragam lisan lebih singkat daripada ragam tulis. Hal itu
disebabkan adanya bagian atau unsur tertentu pada ragam lisan yang memungkinkan
untuk dihilangkan, seperti penghilangan subjek, objek, dan keterangan. Konteks
situasi bicara pada ragam lisan dapat membantu pendengar memahami apa yang dimaksudkan
oleh pembicara. Kemudian, faktor intonasi, sertaan gerak anggota badan,
pandangan mata, serta penampilan wajah ketika berbicara juga dapat membantu
pemahaman terhadap bentuk-bentuk tuturan singkat pada ragam lisan. Pada ragam
tulis, seperti buku, surat kabar, jurnal, dan majalah, dituntut adanya
kelengkapan kalimat-kalimat yan digunakan, baik kelengkapan yang berupa
penggunaan tanda baca maupun unsur atau bagian-bagian fungsional kalimat
(seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan). Penggunaan perangkat
kelengkapan yang disebutkan itu penting kehadirannya pada ragam tulis. Tanpa
kelengkapan itu, sulit agaknya bagi pihak pembaca untuk memahami pesan-pesan
penulis yang tidak hadir di depannya.
2.
Pada ragam lisan diperlukan kehadiran orang kedua sebagai
pihak mitra bicara. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa kehadirannya.
Sebaliknya, ragam tulis tidak mengharuskan adanya pihak mitra bicara di hadapan
penulis. Keberlangsungan dalam menulis masih tetap dapat dilakukan tanpa
kehadiran orang kedua di hadapan atau bersama penulis.
3.
Konteks situasi, yang di antaranya termasuk tempat, waktu,
siapa yang menjadi orang pertama atau kedua dalam berkomunikasi, amat
diperlukan dalam memahami bahasa orang pertama dalam ragam lisan. Hal apa yang
dibicarakan di tempat tertentu dalam ragam lisan akan sulit atau tidak dapat
dipahami orang lain di luar tempat itu. Berbeda dengan ragam lisan, ragam tulis
tidak begitu terikat pada konteks situasi. Memahami pesan yang terkandung dalam
ragam tulis yang terdapat dalam sebuah buku, misalanya, dapat dilakukan di mana
saja. Sebuah buku yang sama tetap dapat dipahami oleh para pembaca yang berasal
dari tempat yang berbeda. Malah, bagi pembaca yang berjauhan sekalipun, seperti
yang berada di Belanda dengan yang di Indonesia.
4.
Keautentikan informasi atau pesan-pesan dalam ragam lisan
sulit diperoleh bagi generasi sesudahnya. Hal demikian tampaknya yang membuat
perlunya pemahaman kritis, misalnya, terhadap cerita-cerita rakyat yang
turun-temurun diwariskan secara lisan itu. Dalam ragam tulis, informasi atau
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dapat diwariskan kepada generasi
pembaca sesudahnya. Pengetahuan kita tentang masa lalu bahasa Indonesia,
misalnya, diperoleh dari informasi tertulis yang ditemukan.
Untuk memperjelas adanya
perbedaan antara bahasa Indonesia ragam lisan dan tulis, berikut ini dimuat
contoh pendukung untuk itu. Contoh yang dimuat meliputi penggunaan kosakata,
bentuk kata, dan susunan kalimat.
1) Penggunaan
Kosakata
Ragam Lisan Ragam
Tulisan
(1) Bikinlah apa
maumu! (1) Lakukanlah apa yang Engkau maui!
(2) Dia belum matang
soal ini. (2) Dia belum berpengalaman
di bidang ini.
(3) Bilang sama istrinya.
(3) Katakan kepada istrinya.
2) Penggunaan Bentuk Kata
Ragam Lisan Ragam
Tulisan
(1) Mereka lihat pelakunya.
(1) Mereka melihat pelakunya.
(2) Kaulah duluan.
(2) Engkaulah
pergi lebih dahulu.
(3) Saya lagi baca.
(3) Saya lagi
membacanya.
3) Penggunaan
Susunan Kalimat
Ragam Lisan Ragam
Tulisan
(1) Air di gelas untuk
minum. (1) Air di gelas disediakan
untuk diminum.
(2) Ingin saya menanyakan
soal itu. (2) Saya ingin menanyakan
soal itu.
(3) Tinggal kami
di Medan. (3) Kami bertempat
tinggal di Medan.
Sumber:
Wildan, dkk. 2015. Bahasa Indonesia
untuk Akademik. Padang: UNP Press.
Komentar
Posting Komentar