TAKSONOMI KESALAHAN BERBAHASA
A. Taksonomi Kategori Linguistik
Tarigan
(1988: 276) menjelaskan bahwa ada beberapa taksonomi kesalahan berbahasa yang
telah didasarkan pada kategori linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan.
Taksonomi-taksonomi kategori linguistik tersebut mengklasifikasikan
kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur
linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan
kedua-duanya.
Seperti
yang kita ketahui bahwa komponen-komponen bahasa mencakup fonologi, sintaksis, morfologi,
dan semantik. Konstituen mencakup elemen-elemen yang mengandung setiap komponen
bahasa.
1. Kesalahan Berbahasa dalam Bidang
Fonologi
Tarigan (1996: 55) menjelaskan bahwa
kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama- tama dipandang
dari penggunaan bahasa apakah secara lisan maupun secara tulisan. Baik bahasa
lisan maupun bahasa tulisan dikaitkan dengan tataran fonologi. Dari kombinasi
kedua sudut pandang itu ditemukan kesalahan berbahasa karena perubahan
pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan
penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat, dan dapat pula disebabkan oleh
perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Contoh:
a.
Fonem /a/ diucapkan menjadi /é/
Pinjém à pinjam
b.
Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/
Aer à air
c.
Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/
Dengan à déngan
d.
Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/
Léngah à lengah
e.
Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
Roboh à rubuh
f.
Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/
Kukuh à kokoh
g.
Fonem diftong /ai/ diucapkan menjadi /e/
Pete à
petai
h.
Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
Otografi à autografi
i.
Penambahan fonem /h/ di depan, di
tengah, atau di akhir kata
Hutang à utang
Silahkan à silakan
Sepedah à sepeda
2. Kesalahan Berbahasa dalam Bidang
Sintaksis
Menurut Tarigan (1988: 328),”Kesalahan sintaksis adalah
kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta
ketidaktepatan pemakaian partikel.”
Contoh:
a.
Latihan bernyanyi diadakan sekali setiap
minggu à
latihan bernyanyi diadakan setiap minggu / latihan bernyanyi diadakan sekali
seminggu.
b.
Sampai bertemu lagi dilain kesempatan à
sampai bertemu lagi pada kesempatan lain.
c.
Kami rela berkorban demi untuk negara à
kami rela berkorban demi negara.
Tarigan
juga menjelaskan bahwa ada dua
kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis, yaitu pemakaian kata perangkai dan
kalimat tidak baku. Pertama, kata perangkai adalah
sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkai atau menggabungkan kata- kata
atau bagian kalimat- kalimat, atau kalimat yang sayu dengan kalimat yang lain
sekaligus menentukan jenis kalimatnya. Contoh: Anak dari Pak Lurah baru pulang dari Irian.
Kedua,
kalimat tidak baku dilihat dari bentuknya adalah kalimat yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai sebuah kalimat. Sedangkan dilihat dari isinya kalimat tidak
baku adalah kalimat yang tidak mampu menjadi sarana komunikasi yang baik atau sempurna.
Kalimat tidak baku dapat berupa kalimat tidak efektif, kalimat tidak normatif,
dan kalimat tidak logis.
3. Kesalahan Berbahasa dalam Bidang
Morfologi
Tarigan (1996: 132) menjelaskan
bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi
kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata (kata majemuk).
a.
Afiksasi
Kesalahan berbahasa dalam tataran
afiksasi dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut.
(1)
kesalahan berbahasa karena salah
menentukan bentuk asal
contoh:
bentuk gramatikal himbau à
bentuk asal yang benar adalah imbau
(2)
fonem yang seharusnya luluh dalam proses
afiksasi tidak diluluhkan
contoh:
fonem /t/ dalam kata terjemah
(3)
fonem yang seharusnya tidak luluh dalam
proses afiksasi justru diluluhkan
contoh:
fonem /c/ dalam kata cuci
b.
Reduplikasi
Kesalahan berbahasa dalam tataran reduplikasi disebabkan
oleh hal- hal sebagai berikut.
(1)
Kesalahan berbahasa disebakan kesalahan dalam
menentukan bentuk dasar yang diulang.
Contoh : bentuk gramatikal mengemasi diulang menjadi mengemas- kemasi
seharusnya mengemas
(2)
Kesalahan
berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebagian
yang diulang.
Contoh: bentuk gramatikal kaki tangan diulang menjadi kaki- kaki tangan seharusnya kaki tangan-kaki tangan
(3)
Kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari
pengulangan yang terlalu panjang.
Contoh:
bentuk gramatikal orang tua bijaksana
diulang hanya sebagian yakni orang- orang tua bijaksana seharusnya orang tua bijaksana- orang tua bijaksana
c.
Gabungan Kata
Dalam gabungan kata atau kata majemuk
kesalahan berbahasa terjadi dalam pengabungan, reduplikasi dan afiksasi.
Berikut adalah beberapa kesalahan berbahasa gabungan kata atau kata majemuk.
(1)
Gabungan kata yang seharusnya serangkai
dituliskan tidak serangkai.
Contoh: mata hari à
matahari
(2)
Kesalahan berbahasa terjadi karena kata
majemuk yang seharusnya ditulis terpisah,
sebaliknya ditulis bersatu.
Contoh:
rumahsakit à
rumah sakit
(3)
Kesalahan berbahasa terjadi karena kata
majemuk yang sudah berpadu benar kalau diulang seluruhnya harus diulang
ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebagian yang diulang.
Contoh:
segi- segitiga à segitiga- segitiga
(4)
Kesalahan bahasa terjadi karena proses
prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan
penulisan kata majemuk yang belum padu.
Contoh:
afiksasi ber- pada kata majemuk bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.
4. Kesalahan Berbahasa dalam Bidang
Semantik
Tarigan (1996: 337) menjelaskan
bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang semantik sebagian besar berkaitan dengan
bahasa tulis. Yang tergolong ke dalam kesalahan berbahasa dalam bidang
semantik, yaitu sebuah bentuk kata atau pun kalimat yang maknanya menyimpang
dari makna yang seharusnya.
Contohnya: Keamanan dalam negeri
merupakan sarat mutlak bagi pembangunan negara à Keamanan dalam
negeri merupakan syarat mutlak bagi pembangunan negara.
Kata sarat bermakna “penuh” sedangkan kata syarat bermakna “ketentuan yang harus dipenuhi.
Beberapa keuntungan menggunakan
taksonomi kategori linguistik dalam pengklasifikasian kesalahan berbahasa ini,
yaitu sebagai berikut.
a.
Para pengembang kurikulum, untuk
menyusun pelajaran- pelajaran bahasa dalam buku pelajaran dan buku kerja para
siswa.
b.
Para peneliti, yang memanfaatkannya
sebagai sarana laporan yang mengorganisasi kesalahan- kesalahan yang telah
mereka kumpulkan.
c.
Para guru dan siswa, untuk merasakan
bahwa mereka telah mencakup aspek- aspek bahasa tertentu dalam kelas mereka.
Politzer
dan Ramirez (dalam Tarigan, 1988: 276 – 277) memperkenalkan klasifikasi
kesalahan- kesalahan yang mereka teliti, yaitu sebagai berikut.
“Kesalahan-
kesalahan dikategorisasikan sebagai suatu sarana pembantu dalam menyajikan data
dan juga buat menciptakan suatu dasar bagi spekulasi ekstensial mengenai
sumber- sumber bagi kesalahan tersebut. Dengan alasan ini kesalahan- kesalahan
itu dikategorisasikan secara tradisional ke dalam kesalahan- kesalahan dalam
morfologi, sintaksis, dan kosakata....... ketiga kategori utama ini selanjutnya
dibagi lagi atas bagian-bagian ujaran atau bagian- bagian kalimat yang berbagai
ragam......”
Burt dan Kiparsky (dalam Tarigan,
1988: 277) mengembangkan taksonomi kategori linguistik lain yang merupakan
wadah mereka mengklasifikasikan beberapa ribu kesalahan berbahasa Inggris yang
dibuat oleh para siswa yang belajar bahasa Inggris dalam lingkungan asing
maupun lingkungan sendiri.
B. Taksonomi Siasat Permukaan
Menurut Tarigan (1988:
279),”Taksonomi siasat permukaan (surface
strategy taxonomy) menyoroti bagaimana cara- caranya struktur-struktur
permukaan berubah.” Menurutnya para pelajar mungkin saja melakukan hal- hal
sebagai berikut ini.
1. Menghindarkan
atau menghilangkan butir- butir penting.
2. Menambahkan
sesuatu yang tidak perlu.
3. Salah
mengformasikan butir- butir.
4. Salah
menyusun butir- butir tersebut.
Akan tetapi,
para peneliti telah mencatat bahwa unsur- unsur permukaan suatu bahasa berubah
dengan/ dalam cara- cara yang spesifik atau sistematis.
Secara garis besar kesalahan-
kesalahan yang terkandung dalam siasat permukaan ini, yaitu (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susunan (misordering).
1. Penghilangan (Omission)
Kesalahan- kesalahan yang bersifat
“penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharus ada
dalam ucapan yang baik dan benar. Memang kita dapat memahami bahwa setiap
morfem atau kata dalam suatu kalimat merupakan calon potensial bagi
penghilangan, tetapi beberapa tipe morfem justru lebih sering dihilangkan
daripada yang lainnya.
Para pelajar bahasa lebih banyak dan
lebih sering menghilangkan kata tugas atau morfem gramatikal daripada kata
penuh, terlebih- lebih dalam percakapan sehari- hari, seperti contoh berikut
ini.
Winda :” Siapa
namamu ?”
Via :” Nama saya [si] Via
Winda :” Di mana kamu tinggal ?
Via :” [Di]
Padang
Kesalahan berbahasa yang berupa
penghilangan ini terdapat lebih banyak dan lebih bervariasi selama tahap awal
pemerolehan bahasa kedua (PB2). Penghilangan kata penuh, walaupun agak khas
pada tahap- tahap awal pemerolehan bahasa pertama (PB1), tidaklah sesering itu
terjadi pada PB2 urutan karena sang pelajar sudah lebih tua dan sudah lebih
dewasa secara kognitif.
2. Penambahan (Addition)
Kesalahan yang berupa penambahan ini
merupakan kebalikan dari penghilangan. Kesalahan penambahan ini ditandai oleh
hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang
baik dan benar. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap- tahap akhir PB2
tatkala sang pelajar telah selesai menerima beberapa kaidah bahasa sasaran.
Sebenarnya, kesalahan penambahan merupakan akibat dari pemakaian kaidah- kaidah
tertentu yang terlalu teliti dan berhati- hati.
Para pakar telah mengamati serta
menemukan adanya tiga tipe kesalahan penambahan pada ujaran para pelajar bahasa
pertama dan bahasa kedua, yaitu penandaan ganda (double markings), regularisasi (regularizations),
dan penambahan sederhana (simple
additions). Kesalahan- kesalah ini merupakan petunjuk- petunjuk yang
menyatakan bahwa beberapa kaidah dasar telah diperoleh, tetapi perbaikan-
perbaikannya belum dilakukan.
a.
Penandaan Ganda (Double Markings)
Ada sejumlah kesalahan penambahan
yang lebih tepat digambarkan sebagai kegagalan menghilangkan atau menghindarkan
beberapa unsur yang diperlukan dalam beberapa konstruksi linguistik, tetapi
justru tidak perlu dihilangan pada konstruksi lain, contoh berikut ini.
Para
guru- guru à seharusnya sudah cukup dikatakan/
ditulis para guru/ guru- guru.
b.
Regularisasi (Regularizations)
Setiap bahasa mempunyai sejumlah
kaidah. Suatu kaidah biasanya khusus diterapkan pada suatu kelas unsur
linguistik, seperti kaidah fonologi, kaidah morfologi, kaidah sintaksis;
demikian pula ada kaidah verba, kaidah nomina, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam
keteraturan pun sering terdapat kekecualian.
Bilamana terdapat bentuk- bentuk dan
konstruksi- konstruksi yang reguler dan yang tidak reguler dalam suatu bahasa,
maka sering terjadi bahwa para pelajar menerapkan kaidah yang reguler kepada
yang tidak reguler. Hasilnya adalah kesalahan regularisasi. Jadi, dalam
kehidupan ini, termasuk juga dalam kehidupan berbahasa ternyata bahwa
meneraturkan yang tidak teratur pun mungkin menyebabkan kesalahan, yaitu yang
disebut kesalahan regularisasi atau regulation
errors.
c.
Penambahan Sederhana (Simple
Additions)
Segala kesalahan penambahan yang
tidak dapat digolongkan sebagai penandaan ganda atau regularisasi dapat disebut
sebagai kesalahan penambahan sederhana. Dengan demikian, tidak terdapat ciri
khas selain ciri yang umum terdapat pada kesalahan penambahan, yaitu
penyimpangan penggunaan unsur yang tidak terdapat pada ujaran atau ucapan yang
baik dan benar. Contoh kesalahan sedarhana, yaitu sebagai berikut.
Kita-
kita ini mau menjenguk si Niar yang sedang dirawat di rumah sakit. (jadi
kata kita- kita cukup diganti dengan
kata ‘kita’.
3. Salah Formasi
Kesalahan
yang berupa misformation atau salah
formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah.
Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia
sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan serta
memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.
4. Salah Susunan
Kesalahan-kesalahan
yang berupa salah susun (misordering) ditandai oleh penempatan yang tidak benar
bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran.
Kesalahan misordering terjadi secara sistematis bagi para pelajar B2 maupun B1
dalam konstruksi-konstruksi yang telah diperoleh, terutama sekali
pernyataan-pernyataan sederhana (yang langsung) dan cakupan (tidak langsung).
C. Taksonomi Komparatif
Klasifikasi kesalahan kesalahan
dalam taksonomi komparatif (comparative taxonomy) didasarkan pada
perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe
konstruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh kalau kita menggunakan taksonomi
kompraratif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang
belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan
pelajar tersebut dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pelajar yang
memperoleh bahas Inggris sebagai B1.
Dalam kepustakaan riset,
kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering dibandingkan dengan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran
sebagai B1 mereka dan mengekuovalensikan frasa-frasa atau kalimat-kalimat dalam
bahasa ibu pelajar. Berdasarkan perbandingan tersebutmaka dalam taksonomi
komparatif dapat dibedakan menjadi (1) kesalahan perkembangan (devolopment errors), (2) kesalahan antar
bahasa (interlingual errors), (3)
kesalahan taksa (ambiguqus errors),
dan (4) kesalahan lainnya (other errors).
1. Kesalahan Perkembangan (Devolopment Errors)
Kesalahan perkembangan (devolopment errors) adalah
kesalahan-kesalahan yang sama dengan
yang dibuat oleh anak-anak yang belajr bahasa sasaran sebagi B1 mereka. Sebagai
contoh, pada ucapan berikut yang dibuat oleh seorang anak Indonesia yang
belajar bahasa Inggris.
Dog eat it [The dog ate it].
Penghilangan
artikel dan penanda kala lalu mungkin dapat diklasifikasikan sebagai
perkembangan karena hal itu juga kita temui pada ujaran anak-anak yang belajar
bahasa Inggris sebagai B1 mereka.
2. Kesalahan Antarbahasa
Kita sering membatasi kesalahan
antar bahasa atau kesalahan interlingual sebagai kesalahan yang semata-mata
mengacu kepada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa
ibu, tampa menghiraukan proses-proses internal atau kondisi-kondisi eksternal
yang menimbulkannya. Istilah interlingual
dipakai sebagai pengganti interferensi
atau transfer yang telah umum dipakai
untuk maksud dan pengertian yang sama, karena kita menganggap bahwa
interlingual lebih tepat serta sedikit memerlukan penjelasan dalam hal
konotasi.
Kesalahan antar bahasa merupakan
kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen
secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Untuk mengenali kesalahan
interlingual, biasanya para peneliti menerjemahkan bentuk gramatikal kalimat
atau frasa sang pelajar ke dalam bahasa pertama sang pelajar untuk melihat
kalau-kalau terdapat persamaan.
3. Kesalahan Taksa (Ambiguqus
Errors)
Kesalahan taksa (ambiguqus errors) adalah kesalahan yang
dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antar
bahasa. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut mencerminkan
struktur bahasa asli sang pelajar, dan juga sekaligus merupakan tipe yang
terdapat dalam ujaran anak-anak yang (sedang) memperoleh B1.
Contoh:
Tidur dia [Dia tidur]
(dalam
hal ini bahasa Indonesia ala Medan)
Perlu
dicatat bahwa dalam bahasa Karo, kalimat yang berpola P-S merupakan kalimat
yang umum dan wajar; justru kalimat yang S-P yang merupakan inversi.
Kesalahan yang termasuk kategori
taksa ini terutama sekali penting dalam taksonomi komparatif. Menentukan serta
memastikan kesalahan-kesalahan seperti itu sebagai suatu kategori yang terpisah
dan berdiri sendiri turut menjamin kejelasan penemuan-penemuan yang berasal
dari analisis kesalahan komparatif serta memudahkan para peneliti untuk menarik
kesimpulan-kesimpulan teoritis yang jelas dari data yang ada.
4. Kesalahan Lain
Berbagai taksonomi sudah dianggap
lengkap tanpa adanya suatu wadah penampung bagi butir-butir yang tidak dapat
dimasukkan ke dalam suatu kategori lainnya. Kesalahan seperti itulah yang
termasuk ke dalam kategori kesalahan lain. Dulay dan Burt (dalam Tarigan 1988:
293) dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai
kesalahan unik (unique errors) yang
mengacu kepada keunikannya bagi para pelajar B2.
D. Taksonomi Efek Komunikatif
Menurut Tarigan (1988: 294),”Kalau
taksonomi siasat permukaan dan taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada
aspek- aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang
serta menghadapi kesalahan- kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak
atau pembaca.” Pusat perhatian tertuju pada pembedaan antara kesalahan-
kesalahan yang seolah- olah menyebabkan salah komunikasi (miscommunication) dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi.
Taksonomi efek komunikatif pertama
disusun oleh Burt (1975) dan Kiparsky (1972). Burt dan Kiparsky mengumpulkan
beberapa ribu kalimat bahasa Inggris yang mengandung kesalahan yang dibuat oleh
para pelajar bahasa Inggris yang sudah dewasa dari seluruh penjuru dunia;
Jerman, Jepang, Perancis, Turki, Etiopia, Korea, Thailand, dan Amerika Latin
serta para mahasiswa asing di Amerika Serikat. Kesalahan- kesalahan tersebut
diambil dari rekaman percakapan spontan, dari karangan dan surat, yang
kebanyakan dikumpulkan oleh sukarelawan Peace
Corps dan para guru bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
Penelitian menunjukkan bahwa tipe-
tipe kesalahan tertentu membuat perbedaan yang kritis seperti apakah sang
penyimak atau sang pembaca memahami pesan yang disampaikan sang pembicara dan
sang penulis atau tidak. Kesalahan yang mempengaruhi seluruh organisasi kalimat
mengganggu keberhasilan komunikasi, sedangkan kesalahan yang hanya mempengaruhi
suatu unsur kalimat biasanya tidak mengganggu komunikasi. Memang harus diakui
bahwa jumlah peneliatian sistematis mengenai efek komunikatif kesalahan
berbahasa masih relatif sangat sedikit.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya
komunikasi karena kesalahan- kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua
jenis kesalahan, yaitu kesalahan global (global
errors) dan kesalahan lokal (local
errors).
1. Kesalahan Global
Kesalah global adalah kesalahan yang
mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar- benar mengganggu
komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan- kesalahan serupa itu,
maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”.
Kesalahan- kesalahan global yang paling
sistematis mencakup hal- hal sebagai berikut.
a.
Salah menyusun unsur pokok
Misalnya :
Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
Seharusnya :
Bahasa Indonesia banyak disenangi orang.
b.
Salah menempatkan atau tidak memakai
kata sambung
Misalnya :
Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
Seharusnya :
Kalau kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang.
c.
Hilangnya ciri kalimat pasif
Misalnya :
Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
Seharusnya :
Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.
2. Kesalahan Lokal
Kesalahan lokal adalah kesalahan
yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu
komunikasi secara signifikan. Dalam bahasa Inggris misalnya, ini mencakup
kesalahan- kesalahan dalam infleksi verba dan nomina, artikel, auxiliary, dan
lain- lain. Karena kesalahan- kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian
kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
Burt dan Kiparsky menyarankan bahwa
perbedaan antara kesalahan global dan kesalahan lokal merupakan kriteria yang
paling persuasif, yang paling ampuh buat menentukan kepentingan komunikatif.
Dengan kata lain, para siswa harus mengontrol tata bahasa global agar mudah
dipahami, sedangkan ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan sukses tanpa
mengontrol tata bahasa lokal.
Contoh kesalahan lokal yaitu sebagai
berikut.
Penyelesaian
tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Seharusnya : Tugas
itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Daftar Rujukan
Tarigan,
Djago dan Sulistyaningsih Lilis Siti. 1996. Analisis
Kesalahan Berbahasa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan,
Hendry Guntur. 1988. Pengajaran
Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.
Komentar
Posting Komentar