TAKSONOMI KESALAHAN BERBAHASA

 

TAKSONOMI KESALAHAN BERBAHASA

A.  Taksonomi Kategori Linguistik
            Tarigan (1988: 276) menjelaskan bahwa ada beberapa taksonomi kesalahan berbahasa yang telah didasarkan pada kategori linguistik yang dipengaruhi oleh kesalahan. Taksonomi-taksonomi kategori linguistik tersebut mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya.
            Seperti yang kita ketahui bahwa komponen-komponen bahasa mencakup fonologi, sintaksis, morfologi, dan semantik. Konstituen mencakup elemen-elemen yang mengandung setiap komponen bahasa.

1.    Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Fonologi
            Tarigan (1996: 55) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia dalam bidang fonologi pertama- tama dipandang dari penggunaan bahasa apakah secara lisan maupun secara tulisan. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan dikaitkan dengan tataran fonologi. Dari kombinasi kedua sudut pandang itu ditemukan kesalahan berbahasa karena perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, salah meletakkan penjedaan dalam kelompok kata dan kalimat, dan dapat pula disebabkan oleh perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal atau fonem tunggal.
Contoh:          
a.    Fonem /a/ diucapkan menjadi /é/
     Pinjém à pinjam
b.    Fonem /i/ diucapkan  menjadi /e/
     Aer à air
c.    Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/
     Dengan à déngan
d.   Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/
     Léngah à lengah
e.    Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/
     Roboh à rubuh
f.     Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/
     Kukuh à kokoh
g.    Fonem diftong /ai/ diucapkan menjadi /e/
     Pete à petai
h.    Fonem diftong /au/ diucapkan menjadi /o/
Otografi à autografi
i.      Penambahan fonem /h/ di depan, di tengah, atau di akhir kata
Hutang à utang
Silahkan à silakan
Sepedah à sepeda

2.    Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Sintaksis
            Menurut Tarigan (1988: 328),Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel.”
Contoh:
a.    Latihan bernyanyi diadakan sekali setiap minggu à latihan bernyanyi diadakan setiap minggu / latihan bernyanyi diadakan sekali seminggu.
b.    Sampai bertemu lagi dilain kesempatan à sampai bertemu lagi pada kesempatan lain.
c.    Kami rela berkorban demi untuk negara à kami rela berkorban demi negara.
Tarigan juga menjelaskan bahwa ada dua kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis, yaitu pemakaian kata perangkai dan kalimat tidak baku.      Pertama, kata perangkai adalah sekelompok kata yang berfungsi untuk merangkai atau menggabungkan kata- kata atau bagian kalimat- kalimat, atau kalimat yang sayu dengan kalimat yang lain sekaligus menentukan jenis kalimatnya. Contoh: Anak dari Pak Lurah baru pulang dari Irian.
     Kedua, kalimat tidak baku dilihat dari bentuknya adalah kalimat yang tidak memenuhi persyaratan sebagai sebuah kalimat. Sedangkan dilihat dari isinya kalimat tidak baku adalah kalimat yang tidak mampu menjadi sarana komunikasi yang baik atau sempurna. Kalimat tidak baku dapat berupa kalimat tidak efektif, kalimat tidak normatif, dan kalimat tidak logis.

3.    Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Morfologi
            Tarigan (1996: 132) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi dapat dikelompokkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata (kata majemuk).
a.    Afiksasi
            Kesalahan berbahasa dalam tataran afiksasi dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut.
(1)   kesalahan berbahasa karena salah menentukan bentuk asal
contoh: bentuk gramatikal himbau à bentuk asal yang benar adalah imbau
(2)   fonem yang seharusnya luluh dalam proses afiksasi tidak diluluhkan
contoh: fonem /t/ dalam kata terjemah
(3)   fonem yang seharusnya tidak luluh dalam proses afiksasi justru diluluhkan
contoh: fonem /c/ dalam kata cuci

b.      Reduplikasi
            Kesalahan berbahasa dalam tataran reduplikasi disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut.
(1)  Kesalahan berbahasa disebakan kesalahan dalam menentukan bentuk dasar yang diulang.
      Contoh : bentuk gramatikal  mengemasi diulang menjadi mengemas- kemasi seharusnya mengemas
(2)  Kesalahan berbahasa terjadi karena bentuk dasar yang diulang seluruhnya hanya sebagian yang diulang.
     Contoh: bentuk gramatikal kaki tangan diulang menjadi kaki- kaki tangan seharusnya kaki tangan-kaki tangan
(3)  Kesalahan berbahasa terjadi karena menghindari pengulangan yang terlalu panjang.
Contoh: bentuk gramatikal orang tua bijaksana diulang hanya sebagian yakni orang-    orang tua bijaksana seharusnya orang tua bijaksana- orang tua bijaksana

c.    Gabungan Kata
     Dalam gabungan kata atau kata majemuk kesalahan berbahasa terjadi dalam pengabungan, reduplikasi dan afiksasi. Berikut adalah beberapa kesalahan berbahasa gabungan kata atau kata majemuk.
(1)  Gabungan kata yang seharusnya serangkai dituliskan tidak serangkai.
     Contoh: mata hari à matahari
(2)  Kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang seharusnya ditulis terpisah,   sebaliknya ditulis bersatu.
Contoh: rumahsakit à rumah sakit
(3)  Kesalahan berbahasa terjadi karena kata majemuk yang sudah berpadu benar kalau diulang seluruhnya harus diulang ternyata dalam penggunaan bahasa hanya sebagian yang diulang.
Contoh: segi- segitiga à segitiga- segitiga
(4)  Kesalahan bahasa terjadi karena proses prefiksasi atau sufiksasi dianggap menyatukan  penulisan kata majemuk yang belum padu.  
Contoh: afiksasi ber- pada kata majemuk bertanggungjawab seharusnya ditulis bertanggung jawab.

4.    Kesalahan Berbahasa dalam Bidang Semantik
            Tarigan (1996: 337) menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang semantik sebagian besar berkaitan dengan bahasa tulis. Yang tergolong ke dalam kesalahan berbahasa dalam bidang semantik, yaitu sebuah bentuk kata atau pun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna yang seharusnya.          
            Contohnya: Keamanan dalam negeri merupakan sarat mutlak bagi pembangunan negara à Keamanan dalam negeri merupakan syarat mutlak bagi pembangunan negara.
Kata sarat bermakna “penuh”  sedangkan kata syarat bermakna “ketentuan yang harus dipenuhi.
            Beberapa keuntungan menggunakan taksonomi kategori linguistik dalam pengklasifikasian kesalahan berbahasa ini, yaitu sebagai berikut.
a.    Para pengembang kurikulum, untuk menyusun pelajaran- pelajaran bahasa dalam buku pelajaran dan buku kerja para siswa.
b.    Para peneliti, yang memanfaatkannya sebagai sarana laporan yang mengorganisasi kesalahan- kesalahan yang telah mereka kumpulkan.
c.    Para guru dan siswa, untuk merasakan bahwa mereka telah mencakup aspek- aspek bahasa tertentu dalam kelas mereka.

            Politzer dan Ramirez (dalam Tarigan, 1988: 276 – 277) memperkenalkan klasifikasi kesalahan- kesalahan yang mereka teliti, yaitu sebagai berikut.
                   “Kesalahan- kesalahan dikategorisasikan sebagai suatu sarana pembantu dalam menyajikan data dan juga buat menciptakan suatu dasar bagi spekulasi ekstensial mengenai sumber- sumber bagi kesalahan tersebut. Dengan alasan ini kesalahan- kesalahan itu dikategorisasikan secara tradisional ke dalam kesalahan- kesalahan dalam morfologi, sintaksis, dan kosakata....... ketiga kategori utama ini selanjutnya dibagi lagi atas bagian-bagian ujaran atau bagian- bagian kalimat yang berbagai ragam......”

            Burt dan Kiparsky (dalam Tarigan, 1988: 277) mengembangkan taksonomi kategori linguistik lain yang merupakan wadah mereka mengklasifikasikan beberapa ribu kesalahan berbahasa Inggris yang dibuat oleh para siswa yang belajar bahasa Inggris dalam lingkungan asing maupun lingkungan sendiri.

B.  Taksonomi Siasat Permukaan
            Menurut Tarigan (1988: 279),”Taksonomi siasat permukaan (surface strategy taxonomy) menyoroti bagaimana cara- caranya struktur-struktur permukaan berubah.” Menurutnya para pelajar mungkin saja melakukan hal- hal sebagai berikut ini.
1.      Menghindarkan atau menghilangkan butir- butir penting.
2.      Menambahkan sesuatu yang tidak perlu.
3.      Salah mengformasikan butir- butir.
4.      Salah menyusun butir- butir tersebut.
Akan tetapi, para peneliti telah mencatat bahwa unsur- unsur permukaan suatu bahasa berubah dengan/ dalam cara- cara yang spesifik atau sistematis.
            Secara garis besar kesalahan- kesalahan yang terkandung dalam siasat permukaan ini, yaitu (1) penghilangan (omission), (2) penambahan (addition), (3) salah formasi (misformation), dan (4) salah susunan (misordering).

1.  Penghilangan (Omission)
            Kesalahan- kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharus ada dalam ucapan yang baik dan benar. Memang kita dapat memahami bahwa setiap morfem atau kata dalam suatu kalimat merupakan calon potensial bagi penghilangan, tetapi beberapa tipe morfem justru lebih sering dihilangkan daripada yang lainnya.
            Para pelajar bahasa lebih banyak dan lebih sering menghilangkan kata tugas atau morfem gramatikal daripada kata penuh, terlebih- lebih dalam percakapan sehari- hari, seperti contoh berikut ini.
Winda :” Siapa namamu ?”
Via      :” Nama saya [si] Via
Winda :” Di mana kamu tinggal ?
Via      :”  [Di] Padang
            Kesalahan berbahasa yang berupa penghilangan ini terdapat lebih banyak dan lebih bervariasi selama tahap awal pemerolehan bahasa kedua (PB2). Penghilangan kata penuh, walaupun agak khas pada tahap- tahap awal pemerolehan bahasa pertama (PB1), tidaklah sesering itu terjadi pada PB2 urutan karena sang pelajar sudah lebih tua dan sudah lebih dewasa secara kognitif.

2.    Penambahan (Addition)
            Kesalahan yang berupa penambahan ini merupakan kebalikan dari penghilangan. Kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar. Kesalahan ini biasanya terjadi pada tahap- tahap akhir PB2 tatkala sang pelajar telah selesai menerima beberapa kaidah bahasa sasaran. Sebenarnya, kesalahan penambahan merupakan akibat dari pemakaian kaidah- kaidah tertentu yang terlalu teliti dan berhati- hati.
            Para pakar telah mengamati serta menemukan adanya tiga tipe kesalahan penambahan pada ujaran para pelajar bahasa pertama dan bahasa kedua, yaitu penandaan ganda (double markings), regularisasi (regularizations), dan penambahan sederhana (simple additions). Kesalahan- kesalah ini merupakan petunjuk- petunjuk yang menyatakan bahwa beberapa kaidah dasar telah diperoleh, tetapi perbaikan- perbaikannya belum dilakukan.

a.    Penandaan Ganda (Double Markings)
            Ada sejumlah kesalahan penambahan yang lebih tepat digambarkan sebagai kegagalan menghilangkan atau menghindarkan beberapa unsur yang diperlukan dalam beberapa konstruksi linguistik, tetapi justru tidak perlu dihilangan pada konstruksi lain, contoh berikut ini.
            Para guru- guru à seharusnya sudah cukup dikatakan/ ditulis para guru/ guru- guru.

b.  Regularisasi (Regularizations)
            Setiap bahasa mempunyai sejumlah kaidah. Suatu kaidah biasanya khusus diterapkan pada suatu kelas unsur linguistik, seperti kaidah fonologi, kaidah morfologi, kaidah sintaksis; demikian pula ada kaidah verba, kaidah nomina, dan sebagainya. Akan tetapi, dalam keteraturan pun sering terdapat kekecualian.
            Bilamana terdapat bentuk- bentuk dan konstruksi- konstruksi yang reguler dan yang tidak reguler dalam suatu bahasa, maka sering terjadi bahwa para pelajar menerapkan kaidah yang reguler kepada yang tidak reguler. Hasilnya adalah kesalahan regularisasi. Jadi, dalam kehidupan ini, termasuk juga dalam kehidupan berbahasa ternyata bahwa meneraturkan yang tidak teratur pun mungkin menyebabkan kesalahan, yaitu yang disebut kesalahan regularisasi atau regulation errors.

c.  Penambahan Sederhana (Simple Additions)
            Segala kesalahan penambahan yang tidak dapat digolongkan sebagai penandaan ganda atau regularisasi dapat disebut sebagai kesalahan penambahan sederhana. Dengan demikian, tidak terdapat ciri khas selain ciri yang umum terdapat pada kesalahan penambahan, yaitu penyimpangan penggunaan unsur yang tidak terdapat pada ujaran atau ucapan yang baik dan benar. Contoh kesalahan sedarhana, yaitu sebagai berikut.
     Kita- kita ini mau menjenguk si Niar yang sedang dirawat di rumah sakit. (jadi kata kita- kita cukup diganti dengan kata ‘kita’.

3.    Salah Formasi
            Kesalahan yang berupa misformation atau salah formasi ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.

4.  Salah Susunan
           Kesalahan-kesalahan yang berupa salah susun (misordering) ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran. Kesalahan misordering terjadi secara sistematis bagi para pelajar B2 maupun B1 dalam konstruksi-konstruksi yang telah diperoleh, terutama sekali pernyataan-pernyataan sederhana (yang langsung) dan cakupan (tidak langsung). 

C.  Taksonomi Komparatif
            Klasifikasi kesalahan kesalahan dalam taksonomi komparatif (comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh kalau kita menggunakan taksonomi kompraratif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar tersebut dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pelajar yang memperoleh bahas Inggris sebagai B1.
            Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka dan mengekuovalensikan frasa-frasa atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu pelajar. Berdasarkan perbandingan tersebutmaka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan menjadi (1) kesalahan perkembangan (devolopment errors), (2) kesalahan antar bahasa (interlingual errors), (3) kesalahan taksa (ambiguqus errors), dan (4) kesalahan lainnya (other errors).

1.    Kesalahan Perkembangan (Devolopment Errors)
            Kesalahan perkembangan (devolopment errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan  yang dibuat oleh anak-anak yang belajr bahasa sasaran sebagi B1 mereka. Sebagai contoh, pada ucapan berikut yang dibuat oleh seorang anak Indonesia yang belajar bahasa Inggris.
            Dog eat it                                            [The dog ate it].
Penghilangan artikel dan penanda kala lalu mungkin dapat diklasifikasikan sebagai perkembangan karena hal itu juga kita temui pada ujaran anak-anak yang belajar bahasa Inggris sebagai B1 mereka.

2.    Kesalahan Antarbahasa
            Kita sering membatasi kesalahan antar bahasa atau kesalahan interlingual sebagai kesalahan yang semata-mata mengacu kepada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibu, tampa menghiraukan proses-proses internal atau kondisi-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Istilah interlingual dipakai sebagai pengganti interferensi atau transfer yang telah umum dipakai untuk maksud dan pengertian yang sama, karena kita menganggap bahwa interlingual lebih tepat serta sedikit memerlukan penjelasan dalam hal konotasi.
            Kesalahan antar bahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Untuk mengenali kesalahan interlingual, biasanya para peneliti menerjemahkan bentuk gramatikal kalimat atau frasa sang pelajar ke dalam bahasa pertama sang pelajar untuk melihat kalau-kalau terdapat persamaan.

3.    Kesalahan Taksa (Ambiguqus Errors)
            Kesalahan taksa (ambiguqus errors) adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antar bahasa. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa kesalahan-kesalahan tersebut mencerminkan struktur bahasa asli sang pelajar, dan juga sekaligus merupakan tipe yang terdapat dalam ujaran anak-anak yang (sedang) memperoleh B1.

Contoh:
            Tidur dia                     [Dia tidur]
(dalam hal ini bahasa Indonesia ala Medan)
Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Karo, kalimat yang berpola P-S merupakan kalimat yang umum dan wajar; justru kalimat yang S-P yang merupakan inversi.
            Kesalahan yang termasuk kategori taksa ini terutama sekali penting dalam taksonomi komparatif. Menentukan serta memastikan kesalahan-kesalahan seperti itu sebagai suatu kategori yang terpisah dan berdiri sendiri turut menjamin kejelasan penemuan-penemuan yang berasal dari analisis kesalahan komparatif serta memudahkan para peneliti untuk menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis yang jelas dari data yang ada.

4.    Kesalahan Lain
            Berbagai taksonomi sudah dianggap lengkap tanpa adanya suatu wadah penampung bagi butir-butir yang tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu kategori lainnya. Kesalahan seperti itulah yang termasuk ke dalam kategori kesalahan lain. Dulay dan Burt (dalam Tarigan 1988: 293) dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (unique errors) yang mengacu kepada keunikannya bagi para pelajar B2.

D.  Taksonomi Efek Komunikatif
            Menurut Tarigan (1988: 294),”Kalau taksonomi siasat permukaan dan taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek- aspek kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan- kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca.” Pusat perhatian tertuju pada pembedaan antara kesalahan- kesalahan yang seolah- olah menyebabkan salah komunikasi (miscommunication) dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi.
            Taksonomi efek komunikatif pertama disusun oleh Burt (1975) dan Kiparsky (1972). Burt dan Kiparsky mengumpulkan beberapa ribu kalimat bahasa Inggris yang mengandung kesalahan yang dibuat oleh para pelajar bahasa Inggris yang sudah dewasa dari seluruh penjuru dunia; Jerman, Jepang, Perancis, Turki, Etiopia, Korea, Thailand, dan Amerika Latin serta para mahasiswa asing di Amerika Serikat. Kesalahan- kesalahan tersebut diambil dari rekaman percakapan spontan, dari karangan dan surat, yang kebanyakan dikumpulkan oleh sukarelawan Peace Corps dan para guru bahasa Inggris sebagai bahasa asing.
            Penelitian menunjukkan bahwa tipe- tipe kesalahan tertentu membuat perbedaan yang kritis seperti apakah sang penyimak atau sang pembaca memahami pesan yang disampaikan sang pembicara dan sang penulis atau tidak. Kesalahan yang mempengaruhi seluruh organisasi kalimat mengganggu keberhasilan komunikasi, sedangkan kesalahan yang hanya mempengaruhi suatu unsur kalimat biasanya tidak mengganggu komunikasi. Memang harus diakui bahwa jumlah peneliatian sistematis mengenai efek komunikatif kesalahan berbahasa masih relatif sangat sedikit.
            Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan- kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu kesalahan global (global errors) dan kesalahan lokal (local errors).

1.    Kesalahan Global
            Kesalah global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat sehingga benar- benar mengganggu komunikasi. Karena luasnya cakupan sintatik kesalahan- kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky menyebut kategori ini kesalahan “global”.
            Kesalahan- kesalahan global yang paling sistematis mencakup hal- hal sebagai berikut.
a.    Salah menyusun unsur pokok
     Misalnya     : Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.
     Seharusnya : Bahasa Indonesia banyak disenangi orang.
b.    Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung
     Misalnya     : Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.
     Seharusnya : Kalau kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang.
c.    Hilangnya ciri kalimat pasif
     Misalnya     : Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.
     Seharusnya : Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

2.    Kesalahan Lokal
            Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Dalam bahasa Inggris misalnya, ini mencakup kesalahan- kesalahan dalam infleksi verba dan nomina, artikel, auxiliary, dan lain- lain. Karena kesalahan- kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.
            Burt dan Kiparsky menyarankan bahwa perbedaan antara kesalahan global dan kesalahan lokal merupakan kriteria yang paling persuasif, yang paling ampuh buat menentukan kepentingan komunikatif. Dengan kata lain, para siswa harus mengontrol tata bahasa global agar mudah dipahami, sedangkan ada kemungkinan untuk berkomunikasi dengan sukses tanpa mengontrol tata bahasa lokal.
            Contoh kesalahan lokal yaitu sebagai berikut.
Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.
Seharusnya      : Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat.




Daftar Rujukan
Tarigan, Djago dan Sulistyaningsih Lilis Siti. 1996. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:  Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tarigan, Hendry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.

Komentar